higiene perorangan i. hubungan kesehatan, higiene dan penyakit 1. pengantar higiene adalah seperangkat praktik yang dilaku

Higiene Perorangan
I.
Hubungan Kesehatan, Higiene dan Penyakit
1. Pengantar
Higiene adalah seperangkat praktik yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan. Higiene sering dikaitkan dengan tubuh kita. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), "Higiene mengacu pada kondisi dan
praktik yang membantu menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran
penyakit." Salah satu cara paling efektif untuk melindungi diri
sendiri dan orang lain dari penyakit adalah dengan mengadopsi
praktik-praktik perorangan yang baik.
Higiene didefinisikan sebagai segala aplikasi yang dibuat dan tindakan
pencegahan sanitasi yang diambil untuk dilindungi dari lingkungan yang
dapat merusak kesehatan kita. Masalah higiene termasuk higiene
perorangan, yang didefinisikan sebagai aplikasi perawatan diri yang
dilakukan individu untuk menjaga kesehatannya. Higiene perorangan
sangat penting untuk melindungi dan menjaga kesehatan dan mengatasi
masalah kesehatan dan juga yang mendasar untuk pencegahan banyak
penyakit, terutama penyakit menular. Tindakan pencegahan higiene
perorangan meliputi higiene tangan-wajah; mandi teratur; menggunakan
sabun dan air mengalir dalam proses pembersihan; mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan dan setelah
menggunakan kamar mandi; perawatan rambut; dan mencuci serta
menggunakan pakaian, handuk, sepatu, dan sandal sendiri. Selain
merupakan dasar bagi kesehatan perorangan dan sosial, higiene adalah
bagian tak terpisahkan dari kehidupan di masyarakat. Manusia terus
dipengaruhi oleh polutan lingkungan eksternal. Kegiatan sehari-hari
dapat melibatkan kontak dengan banyak sumber pencemaran lingkungan;
ini dapat disentuh dengan tangan, ada pada sepatu saat berjalan, atau
terkandung debu pada tubuh dan rambut; menggerakkan tangan ke mulut
juga menyebabkan mikroorganisme memasuki tubuh. (Aslan et al., 2006;
Yılmaz dan Özkan 2009).
Higiene mengacu pada seperangkat praktik yang dirasakan oleh
masyarakat untuk dikaitkan dengan keberlandsungan kesehatan dan hidup
sehat. Sementara dalam ilmu kedokteran modern ada serangkaian standar
higiene yang direkomendasikan untuk situasi yang berbeda, apa yang
dianggap higienis atau tidak dapat bervariasi antara budaya yang
berbeda, jenis kelamin dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.
Beberapa praktik higienis yang teratur dapat dianggap sebagai
kebiasaan yang baik oleh masyarakat sementara pengabaian higiene dapat
dianggap menjijikkan, tidak sopan atau bahkan dapat merupakan suatu
ancaman.
2. Sejarah Praktek Higiene
Mandi teratur adalah ciri khas peradaban Romawi. Pemandian rumit
dibangun di daerah perkotaan untuk melayani masyarakat, yang biasanya
menuntut infrastruktur untuk menjaga higiene perorangan.
Kompleks-kompleks itu biasanya terdiri dari pemandian besar seperti
kolam renang, kolam dingin dan panas yang lebih kecil, sauna, dan
fasilitas seperti spa di mana orang dapat minum, diminyaki, dan
dipijat. Air terus-menerus diubah oleh aliran saluran air.
Mandi di luar pusat kota melibatkan fasilitas mandi yang lebih kecil,
kurang rumit, atau hanya menggunakan air bersih. Kota-kota Romawi juga
memiliki selokan besar, seperti Cloaca Maxima Roma, ke mana jamban
umum dan perorangan terkuras. Orang-orang Romawi tidak memiliki toilet
flush, tetapi memiliki beberapa toilet dengan aliran air terus menerus
di bawah mereka. (Toilet serupa terlihat di Acre Prison dalam film
Exodus.)
Sampai akhir abad ke-19, hanya elit di kota-kota Barat yang biasanya
memiliki fasilitas dalam ruangan untuk menghilangkan fungsi tubuh.
Mayoritas yang lebih miskin menggunakan fasilitas komunal yang
dibangun di atas kolam sepi di halaman belakang dan halaman. Ini
berubah setelah Dr. John Snow menemukan bahwa kolera ditularkan oleh
air yang terkontaminasi tinja. Meskipun butuh beberapa dekade untuk
temuannya untuk mendapatkan penerimaan luas, pemerintah dan pembaru
sanitasi akhirnya yakin akan manfaat kesehatan dari menggunakan
selokan untuk menjaga limbah manusia dari air yang terkontaminasi. Ini
mendorong adopsi luas toilet flush dan keharusan moral bahwa kamar
mandi harus di dalam ruangan dan senyaman mungkin (Philippe Braunstein
et al, 1988)
3. Konsep Higiene
Higiene adalah konsep lama yang terkait dengan kedokteran, serta
praktik perawatan perorangan dan profesional yang terkait dengan
sebagian besar aspek kehidupan. Di bidang kedokteran dan di rumah
(domestik) dan pengaturan kehidupan sehari-hari, praktik higiene
digunakan sebagai langkah pencegahan untuk mengurangi insiden dan
penyebaran penyakit. Dalam pembuatan makanan, farmasi, kosmetik dan
produk lainnya, higiene yang baik adalah bagian penting dari jaminan
kualitas yaitu memastikan bahwa produk mematuhi spesifikasi mikroba
yang sesuai dengan penggunaannya. Istilah higiene (atau pembersihan)
dan higiene sering digunakan secara bergantian, yang dapat menyebabkan
kebingungan. Secara umum, higiene sebagian besar berarti praktik yang
mencegah penyebaran organisme penyebab penyakit. Karena proses
pembersihan (mis., Mencuci tangan) menghilangkan mikroba yang menular
serta kotoran dan tanah, mereka sering menjadi sarana untuk mencapai
higiene. Penggunaan lain dari istilah ini muncul dalam frasa termasuk:
higiene tubuh, higiene perorangan, higiene tidur, higiene mental,
higiene gigi, dan higiene kerja, yang digunakan sehubungan dengan
kesehatan masyarakat. Higiene juga merupakan nama cabang ilmu yang
berhubungan dengan promosi dan keberlanjutan kesehatan, juga disebut
higienis. Praktik higiene sangat bervariasi, dan apa yang dianggap
dapat diterima dalam satu budaya mungkin tidak dapat diterima di
budaya lain (International Scientific Forum 2005)
4. Pentingnya Praktek Higiene Perorangan
Tubuh manusia memberikan perlindungan terhadap polutan lingkungan
eksternal sampai batas tertentu. Namun, sobekan dan luka pada kulit
dapat memungkinkan patogen masuk ke dalam tubuh. Untuk alasan ini,
higiene perorangan adalah salah satu praktik paling penting dalam hal
melindungi tubuh dari penyakit. Higiene adalah masalah perorangan.
Praktik higiene, diajarkan selama masa kanak-kanak oleh ibu, ayah atau
guru, sebagian besar melalui praktik, perlu dilanjutkan oleh individu
setelah masa kanak-kanak. Adopsi yang benar dari kebiasaan-kebiasaan
ini memiliki dampak langsung pada kesehatan seseorang di masa depan
(Yılmaz dan Özkan, 2009) Perilaku higiene meliputi higiene tangan,
perawatan perorangan, higiene rumah, dan higiene makanan. Perilaku
higiene individu menurut Akşit et al (1997) dan Görgülü et.al (2000)
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk keyakinan, nilai,
kebiasaan, faktor sosial-ekonomi dan budaya, tingkat pengetahuan
preferensi perorangan, karakteristik keluarga dan karakteristik fisik
dan sosial dari pekerjaan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
kebiasaan higienis dari setiap individu berbeda, yang berarti bahwa
kebiasaan ini unik untuk individu Aspek paling penting dari menjaga
kesehatan adalah higiene perorangan yang baik. Higiene perorangan yang
juga disebut perawatan perorangan mencakup semua hal berikut: mandi
(dengan shower), perawatan rambut, perawatan kuku, perawatan kaki,
perawatan genital, perawatan gigi Higiene perorangan menjaga tubuh
tetap bersih, dan membantu mencegah penyebaran kuman. Contoh merawat
kuku dan rambut dari kegiatan ini adalah dengan menata rambut,
mencukur, memotong dan mengecat kuku. Menjaga kesehatan yang baik juga
mencakup bidang-bidang berikut: masalah nutrisi, kesempatan
rekreasi/kesenagan perorangan lainnya, tidur, dan olahraga. Seperti
yang Anda lihat, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap
perasaan dan penampilan yang baik. Merasa dan terlihat baik adalah
penting bagi kesejahteraan emosional dan fisik masing-masing individu.
Menjaga higiene perorangan diperlukan karena berbagai alasan; ini bisa
bersifat perorangan, sosial, untuk alasan kesehatan, psikologis atau
hanya sebagai cara hidup. Pada dasarnya menjaga standar higiene yang
baik membantu mencegah perkembangan dan penyebaran infeksi, penyakit,
dan bau tak sedap.
a.
Alasan Perorangan
Banyak orang, khususnya wanita, sangat sadar akan kebutuhan dan
praktik higiene mereka. Ini bisa merupakan hasil dari diajarkan
tentang pentingnya sejak usia dini, sejak dari di sekolah yang
ditemukan kutu atau sejenisnya oleh guru, atau sebagai cara membuat
diri mereka lebih menarik bagi lawan jenis. Harga diri, kepercayaan
diri dan motivasi semuanya dapat diubah oleh citra tubuh kita, sering
tercermin pada kemampuan kita untuk merawat diri sendiri dan menjaga
praktik higiene yang baik. Senyum putih cerah dengan gigi yang bersih
dan sehat dapat membuat orang lain disayangi, ketimbang gigi yang
kuning kecoklatan, gigi yang tidak sehat dapat menyebabkan rasa malu
dan dapat mengubah rasa kenyamanan kita. Rambut, kulit, dan kuku yang
sehat adalah tanda dari diet seimbang yang baik dan dapat memberi kita
kepercayaan diri dalam kehidupan sehari-hari
b.
Alasan Sosial
Kebanyakan orang benci untuk dibicarakan, terutama secara negatif.
Dengan memastikan bahwa tubuh kita bersih dan tampil dengan baik, kita
lebih yakin memproyeksikan citra tubuh yang positif yang mencerminkan
keperoranganan kita. Anak-anak harus diajari pentingnya higiene dan
cara mencapai higiene yang baik sejak dini untuk menjaga diri mereka
dan orang lain tetap sehat dan mengurangi risiko diintimidasi di
sekolah, misalnya.
c.
Alasan Kesehatan
Jika seseorang akan pergi ke rumah sakit, terkadang orang tersebut
menjadi sangat sadar akan pentingnya higiene. Pikiran menjadi rentan
dan terpapar oleh orang asing dapat menyebabkan seseorang menjadi
sangat ketat pada kebutuhan higiene mereka. Jika Anda bagian tubuh
tertentu secara tidak sengaja tergores, maka luka harus segera
dibersihkan, dan ini dapat membantu mengurangi risiko infeksi dan rasa
sakit. Kondisi seperti kutu kepala, kaki “kapalan” (atlet), dan
lain-lain harus segera diobati untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan
menyebar ke orang lain. Mencuci tangan tidak dapat cukup ditekankan
saja karena tindakan sederhana ini dapat mencegah sejumlah besar
penyakit dan gangguan berkembang. Banyak orang "lupa" untuk mencuci
tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum memegang makanan;
perbuatan ini dapat menyebabkan banyak penyakit dan bahkan kematian.
d.
Masalah Psikologis
Dengan berpenampilan baik, bersih dan rapi, orang dapat merasa lebih
percaya diri, terutama dalam situasi sosial. Banyak wawancara kerja
dan sejenisnya sangat tergantung pada higiene karena banyak keputusan
dibuat oleh kesan pertama dalam beberapa menit pertama pada saat
wawancara; keputusan-keputusan ini sering dibuat secara tidak sadar.
Peluang kita untuk berhasil baik dalam pekerjaan atau pengaturan
sosial, atau bahkan dengan lawan jenis dapat diubah dengan
pemeliharaan higiene kita.
Mempertahankan praktik higiene membantu mengurangi risiko kesehatan
yang buruk, tetapi sama pentingnya adalah seharusnya mempengaruhi cara
kita dan orang lain memandang diri kita sendiri dan dapat mempengaruhi
tingkat kepercayaan dan harga diri kita yang dapat pula mempengaruhi
banyak aspek kehidupan kita. (Bloomfield SF, Nath KJ et al , 2008)
5. Higiene Rumah Di Masyarakat Pendapatan Rendah
Pada umumnya di negara berkembang, selama beberapa dekade, akses
universal ke air dan sanitasi telah dilihat sebagai langkah penting
dalam mengurangi beban berbagai penyakit infeksi yang dapat dicegah,
tetapi sekarang jelas bahwa ini paling baik dicapai oleh program yang
mengintegrasikan promosi higiene dengan peningkatan kualitas air dan
ketersediaan, dan sanitasi. Sekitar 2 juta orang meninggal setiap
tahun karena penyakit diare, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak
kurang dari 5 tahun. Yang paling terpengaruh adalah populasi di
negara-negara berkembang, yang hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem,
biasanya penduduk pinggiran kota atau penduduk pedesaan. Menyediakan
akses ke air bersih dalam jumlah yang cukup, penyediaan fasilitas
pembuangan tinja yang saniter, dan memperkenalkan perilaku higienis
yang sehat sangat penting untuk mengurangi beban penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor risiko ini. (Jefferson T et al, 2007)
Penelitian menunjukkan bahwa, jika dipraktekkan secara luas, mencuci
tangan dengan sabun dapat mengurangi diare hingga hampir lima puluh
persen dan infeksi pernapasan hingga hampir dua puluh lima persen
Mencuci tangan dengan sabun juga mengurangi timbulnya penyakit kulit,
infeksi mata seperti trachoma dan cacingan, terutama ascariasis dan
trikuriasis. (Agboatalla M et al, 2005)
Praktik higiene lainnya, seperti pembuangan limbah yang aman, higiene
permukaan, dan perawatan hewan peliharaan, juga penting di masyarakat
berpenghasilan rendah untuk memutus rantai penularan infeksi penyakit.
6. Konsekuensi Higiene Perorangan yang Buruk
Kegagalan untuk menjaga standar higiene dapat memiliki banyak
implikasi. Tidak hanya ada peningkatan risiko terkena infeksi atau
penyakit, tetapi terdapat banyak aspek sosial dan psikologis yang
dapat terpengaruh. Buruknya higiene perorangan, dalam kaitannya dengan
pencegahan penyebaran penyakit sangat penting dalam mencegah wabah
epidemi atau bahkan pandemi. Untuk terlibat dalam beberapa tindakan
yang sangat mendasar dapat membantu mencegah banyak batuk dan pilek
dari orang ke orang.
7. Efek Samping Praktik Higiene Perorangan Yang Buruk
Efek samping dari praktik ini dikemukan oleh Perez et.al (2009)
meyangkut depresi, penyalahgunaan narkotika, dan keracunan. Depresi
adalah kesedihan yang menyakitkan atau suasana hati yang buruk yang
mengganggu kehidupan sehari-hari. Banyak orang merasa sedih untuk
waktu yang singkat, tetapi depresi berlangsung lama dan mungkin
termasuk kecemasan, insomnia, dan gejala lainnya. Peristiwa hidup
seperti kematian orang yang dicintai dapat memicu depresi. Penyakit
ini dapat menular dalam keluarga, tetapi orang yang tidak memiliki
riwayat keluarga juga menjadi depresi. Seringkali tidak ada penyebab
yang jelas. Depresi adalah penyakit umum tetapi serius yang biasanya
tidak hilang tanpa perawatan. Konseling dan / atau obat antidepresan
dapat mengobati depresi pada kebanyakan orang.
Penyalahgunaan narkotika terjadi ketika Anda menggunakan obat-obatan
narkotika ilegal, seperti heroin, atau penyalahgunaan resep narkotika.
Obat-obatan narkotika merangsang sistem saraf pusat. Mereka dapat
menghalangi sensasi sakit dan membuat Anda merasa gembira, rileks, dan
mengantuk. Banyak orang menggunakan narkotika resep untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi jika Anda menggunakan narkotika yang
tidak diresepkan, atau jika Anda meminumnya untuk alasan lain selain
mengapa mereka diresepkan, Anda mungkin menyalahgunakannya.
Penyalahgunaan narkotika dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius dan dapat menyebabkan kecanduan.
Keracunan terjadi ketika Anda mengambil segala jenis bahan kimia atau
obat yang memengaruhi kemampuan mental dan fisik Anda. Obat-obatan ini
dapat termasuk ganja, kokain, heroin, opium, amfetamin, metamfetamin,
ekstasi, dan lain sejenisnya. Anda juga dapat menjadi mabuk oleh bahan
kimia atau asap yang secara tidak sengaja Anda mengkonsumsi, seperti
merkuri, larutan pembersih, pemutih, pestisida, bensin, dan asap cat.
Keracunan terjadi karena obat-obatan dan bahan kimia mengubah sinyal
yang masuk ke dan dari otak Anda. Gejala keracunan dapat sangat
bervariasi tergantung pada jenis obat atau bahan kimia yang Anda
gunakan. Intoksikasi dapat menyebabkan eufhoria, waktu reaksi yang
lambat, pusing, kebingungan, peningkatan denyut jantung, paranoia,
mual, halusinasi, peningkatan suhu tubuh, gangguan penilaian,
penurunan hambatan, gangguan keseimbangan, jatuh, mengemudi dalam
keadaan mabuk, mati rasa, sulit tidur, perubahan emosi, peningkatan
sensitivitas, kecemasan, berkeringat, gigi mengepal, nafsu makan
berkurang, dan perilaku kasar. Jika Anda mengonsumsi cukup obat atau
bahan kimia tertentu, itu dapat menyebabkan stroke, koma, dan kematian.
II.
Praktek Higiene Perorangan
Mempelajari higiene perorangan yang tepat adalah salah satu bagian
penting dari kehidupan sehari-hari kita. Banyak orang di daerah
pedesaan mungkin tidak mengerti apa yang baik atau buruknya higiene
perorangan. Pencegahan penyakit menular, seperti diare, trachoma dan
banyak lainnya sangat mungkin melalui penerapan higiene perorangan
yang tepat. Anda perlu mempelajari praktik higiene perorangan yang
tepat dan gunakan ini untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
kesehatan masyarakat yang penting yang lazim di wilayah Anda. Sesi
belajar ini juga akan membantu Anda memahami hubungan antara higiene
perorangan dan martabat seseorang, kepercayaan diri dan kenyamanan.
Hasil Belajar Sesi ini
Ketika Anda telah mempelajari sesi ini, Anda harus dapat:
1. Mendefinisikan dan menggunakan dengan benar setiap kata kunci
dicetak dalam huruf tebal. (KS.1)
2. Jelaskan pentingnya kesehatan perorangan dari higiene perorangan.
(KS3)
3. Membuat daftar dan jelaskan komponen higiene perorangan. (KS1 dan
2)
4. Mejelaskan apa yang dapat diterima dan praktik higiene perorangan
yang buruk. (KS4)
5. Prioritaskan komponen higiene perorangan yang sangat penting untuk
masalah kesehatan masyarakat. (KS3)
6. Menjelaskan cara mencuci tangan yang higienis dengan menggunakan
prosedur standar, dan daftar situasi kritis untuk mencuci tangan yang
efektif. (KS4 dan 5)
7. Menjelaskan elemen dan kegiatan yang diperlukan untuk merencanakan
promosi higiene perorangan. (KS 6)
8. Menjelaskan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
aplikasi higiene perorangan. (KS7)
1. Apa itu higiene perorangan?
Definisi Higiene Perorangan
Beberapa pengertian Higiene Perorangan dikemukakan oleh Potter dan
Perry (2012), adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek higiene sama
dengan meningkatkan kesehatan Seseorang yang sakit, biasanya
dikarenakan masalah higiene yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah higiene adalah masalah yang biasa saja,
padahal jka hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan.
Higiene perorangan adalah konsep yang umum digunakan dalam medis dan
publik praktik kesehatan. Ini juga dipraktekkan secara luas di tingkat
individu dan di rumah. Ini melibatkan menjaga higiene tubuh dan
pakaian kita. Higiene perorangan adalah tentang perorangan, seperti
namanya. Dalam hal ini, hygiene perorangan didefinisikan sebagai suatu
kondisi yang mempromosikan praktik-praktik sanitasi kepada diri
sendiri. Setiap orang memiliki kebiasaan dan standar mereka sendiri
yang telah diajarkan atau yang mereka pelajari dari orang lain.
Umumnya, praktik higiene perorangan digunakan untuk mencegah atau
meminimalkan kejadian dan penyebaran penyakit menular.
2. Perbedaan antara cleanliness dan hygiene
Istilah higiene (cleanliness) seharusnya tidak digunakan di tempat
higiene. Arti membersihkan pada banyak kasus ialah tentang
menghilangkan kotoran, limbah atau hal-hal yang tidak diinginkan dari
permukaan benda menggunakan deterjen dan peralatan yang diperlukan.
Praktek higiene berfokus pada pencegahan penyakit melalui penggunaan
pembersihan sebagai salah satu dari beberapa masukan. Sebagai contoh,
seorang petugas higiene membersihkan lantai dari pusat kebugaran
menggunakan detergen, pel, dan sapu.
Mereka mungkin juga menggunakan larutan klorin untuk mendisinfeksi
lantai. Proses pembersihan dalam contoh ini adalah menghilangkan
kotoran yang terlihat, sementara penggunaan larutan klorin adalah
untuk menghilangkan mikroorganisme yang tak terlihat. Praktek higienis
meliputi pembersihan adalah untuk menghilangkan hal-hal yang dapat
diamati secara fisik dan penggunaan klorin bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme. Praktek higiene dalam contoh ini
bertujuan mencegah penyebaran organisme penyebab penyakit. Pembersihan
adalah sarana untuk mencapai tugas ini.
3. Pentingnya higiene perorangan dalam kesehatan masyarakat
Pengetahuan dan praktik higiene perorangan sangat penting dalam semua
kegiatan kita sehari-hari. Tujuannya adalah:
3.1 Mencegah penyakit menular melalui mulut
Jari-jari mungkin terkontaminasi dengan kotorannya sendiri, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan selama buang air besar
dan mencuci bawah anak adalah peluang tambahan untuk kontaminasi
jari-jari yang memfasilitasi transmisi infeksi.
3.2 Nilai estetika higiene perorangan
Seseorang dengan tangan yang bersih merasa bangga saat makan karena
mereka yakin bisa mencegah penyakit. Seorang guru di sekolah selalu
senang melihat siswa mereka dengan wajah dan mata bersih, dan
berpakaian bersih. Seorang ibu secara mental merasa puas untuk memberi
makan bayinya dengan tangan yang bersih karena dia memastikan
kelangsungan kesehatan anaknya. Umumnya, membersihkan diri
menghasilkan kebanggaan, kenyamanan dan martabat di rumah dan di
tempat umum. Kepedulian tentang cara anda menyikapi ini penting bagi
menghargai diri Anda.
3.3 Dampak sosial
Seseorang dengan higiene perorangan yang buruk mungkin terisolasi dari
persahabatan karena untuk memberi tahu orang itu tentang situasinya
merupakan hal yang sensitif dan sulit secara kultural. Keberhasilan
penerapan pekerjaan atau peluang promosi dapat dipengaruhi oleh
higiene perorangan yang buruk; tidak ada perusahaan yang ingin
diwakili oleh seseorang yang tampaknya tidak mampu menjaga diri.
4. Komponen higiene perorangan
4.1 Higiene tubuh (perawatan kulit)
Tubuh memiliki hampir dua juta kelenjar keringat. Keringat basah dan
kering dan sel-sel kulit mati bersama-sama membuat kotoran yang
menempel pada kulit dan permukaan pakaian dalam. Tindakan bakteri
menguraikan keringat, dengan demikian menghasilkan bau tak sedap dan
mengiritasi kulit. Ini terutama diamati di selangkangan, ketiak dan
kaki, dan pakaian yang telah menyerap keringat. Kulit yang terinfeksi
seperti kudis, jerawat dan kurap adalah hasil dari higiene tubuh yang
buruk.
Gambar 3.1 menunjukkan kurap pada kulit kepala (Tinea capitis).

Tugas pertama dalam higiene tubuh adalah mencari air, sabun, dan bahan
pembersih lainnya. Mandi menggunakan sabun setiap hari penting untuk
memastikan tubuh kita tetap bersih (Gambar 3.2).

Mandi bisa setiap hari atau setelah berkeringat atau menjadi kotor.
Alat kelamin dan dubur wilayah perlu dibersihkan dengan baik karena
sekresi alami daerah-daerah ini.
Keringkan tubuh dengan handuk bersih setelah pembilasan menyeluruh.
Ganti pakaian dalam bersih setelah mandi. Mengubah pakaian yang basah
karena keringat setiap kali mandi sangat disarankan. Membersihkan
telinga setiap kali mandi juga diperlukan. Hindari berbagi sabun dan
handuk karena bahaya infeksi silang
4.2 Higiene mulut (perawatan mulut)
Mulut adalah area tubuh yang paling rentan untuk mengumpulkan bakteri
berbahaya dan menghasilkan infeksi. Mulut kita secara mekanis memecah
makanan menjadi beberapa bagian. Proses ini meninggalkan partikel
makanan (sisa makanan) yang menempel ke permukaan kita gusi dan gigi.
Rongga mulut kita penuh dengan bakteri dan merupakan lingkungan yang
baik untuk pertumbuhan bakteri.
■ Mengapa mulut merupakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan
bakteri?
Bakteri nyaman pada suhu optimum (37°C) dan sering kaya akan partikel
makanan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Proses pembusukan yang
terjadi di permukaan gigi akhirnya menghasilkan penumpukan yang
disebut plak (deposit lengket di mana bakteri tumbuh) yang kemudian
diubah menjadi tartar (deposit keras, kekuningan, kalsifikasi pada
gigi, yang terdiri dari sekresi organik dan partikel makanan).
Hasilnya adalah kerusakan gigi. Selain itu, bau nafas yang tidak
menyenangkan (bau disebut halitosis atau bau busuk), infeksi gigi dan
gusi dapat disebabkan oleh higiene mulut yang buruk.
Saran untuk menjaga higiene mulut (Gambar 3.3) adalah:
● Bilas mulut setelah makan.
● Sikat gigi Anda dengan pasta gigi yang mengandung fluoride dua kali
sehari - sebelum sarapan dan sebelum Anda pergi tidur. Membersihkan
mulut dengan ranting adalah mungkin jika dilakukan dengan hati-hati.
● Pada siang hari, isi mulut Anda dengan air dan siram sekitar untuk
menyingkirkan apapun yang menempel di gigi Anda.
● Selain menyikat gigi secara teratur, disarankan untuk menggerakkan
gigi setidaknya satu kali sehari, biasanya sebelum Anda pergi tidur.

Gambar 3.3
4.3 Cuci tangan
Higiene tangan kita sangat penting dalam semua kegiatan sehari-hari
kita. Di kegiatan normal kita, tangan kita sering kotor. Ada banyak
situasi di mana mikroorganisme cenderung melekat pada tangan kita
bersama dengan kotoran. Ada banyak penyakit menular yang mengikuti
rute transmisi melalui mulut (orally). Higiene tangan memainkan peran
yang sangat penting dalam mencegah penularan ini. Mencuci tangan
secara higienis melibatkan pemindahan secara mekanis mikroorganisme
dari permukaan tangan yang terkontaminasi menggunakan sabun atau
deterjen. Mencuci tangan harus melibatkan lebih dari sekedar bilasan
cepat di bawah keran (faucet) atau di air mengalir.
Teknik mencuci tangan berikut (juga ditunjukkan pada Gambar 3.4)
memastikan bahwa tangan dicuci dengan benar dan tidak butuh waktu lama
untuk diselesaikan:
● Pertama basahi tangan Anda dengan air bersih dan busa dengan sabun.
● Selanjutnya gosok kedua tangan Anda dengan kuat dan gosok semua
permukaan ke pergelangan tangan Anda.
● Bersihkan di bawah kuku jari Anda.
● Lanjutkan selama 15–30 detik atau sekitar panjang nada misalnya,
lagu 'Selamat Ulang Tahun'). Ini adalah sabun yang dikombinasikan
dengan tindakan menggosk-gosokan yang membantu mengeluarkan dan
menghilangkan kuman.
● Bilas tangan Anda dengan air bersih yang mengalir (tuangkan dari air
kran atau kendi).
● Keringkan tangan Anda di udara untuk menghindari kontaminasi ulang
pada handuk kotor - jangan sentuh apa pun sampai tangan Anda kering.
● Bersihkan pasir dengan air dapat digunakan untuk mencuci tangan
untuk membantu membersihkan kotoran.

Gambar 3.4a

Gambar 3.4b
Seiring dengan higiene perorangan yang rutin pada semua orang,
pekerjaan harian Anda akan mencakup banyak keadaan ketika Anda mungkin
bertanya pada diri anda sendiri kapan anda perlu cuci tangan. Untuk
mengetahui kapan anda sebaiknya mencuci tangan di rumah dan di kantor,
anda harus mengidentifikasi situasi kritis terlebih dahulu; yaitu:
situasi, aktivitas atau insiden yang menunjukkan kemungkinan
kehaadiran mikroorganisme pathogen.
Situasi kritis dalam aktivitas sehari-hari meliputi:
● Setelah menggunakan toilet (atau membuang kotoran manusia atau
hewan)
● Setelah mengganti popok bayi (popok) dan membuang kotoran
● Segera setelah menyentuh makanan mentah saat menyiapkan makanan
(misalnya ayam atau daging lainnya)
● Sebelum menyiapkan dan menangani makanan matang/siap saji
● Sebelum makan atau memberi makan anak-anak
● Setelah kontak dengan permukaan yang terkontaminasi (misalnya tempat
sampah, kain pembersih, permukaan yang terkontaminasi makanan)
● Setelah menangani hewan peliharaan dan hewan peliharaan
● Setelah menyeka atau meniup hidung atau bersin ke dalam tangan
(higiene pernapasan).
● Setelah menangani jaringan yang kotor (milik Anda sendiri atau orang
lain).
Situasi penting dalam kegiatan perawatan kesehatan meliputi:
● Sebelum dan sesudah kontak dengan luka yang terinfeksi
● Setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh (misalnya muntahan)
● Sebelum dan sesudah ganti luka
● Sebelum memberi perhatian kepada orang yang 'berisiko' (misalnya,
membesuk persalinan dana tau bayinya)
● Setelah memberi perawatan kepada orang yang terinfeksi.
4.4 Higiene wajah
Wajah kita mengungkapkan praktik higiene perorangan sehari-hari kita.
Higiene wajah mencakup semua bagian wajah. Area terpenting untuk
menjaga higiene adalah mata. Mata mengeluarkan cairan pelindung yang
bisa mengering dan menumpuk di sekitar mata. Akan terlihat ketika
seseorang bangun di pagi hari. Substansi organik dari kotoran mata
dapat menarik lalat dan ini berbahaya karena flap merupakan pembawa
(vektor) trakoma dan konjungtivitis. Seseorang harus mencuci muka
setiap pagi untuk menghilangkan semua kotoran yang bersentuhan dengan
mereka selama siang hari. Hal ini akan terus memperlihatkan wajah
bersih sepanjang hari. Anak-anak disarankan untuk sering mencuci muka.
Jangan pernah membagikan handuk wajah Anda dengan orang lain.
■ Mengapa tidak disarankan untuk membagikan handuk wajah?
Karena beberapa penyakit, seperti konjungtivitis dan trachoma, dapat
ditularkan dengan mudah dari orang ke orang dengan cara ini.
4.5 Kuku dan higiene kuku (perawatan kuku)
Kuku adalah jaringan keras yang terus tumbuh. Kuku jari yang panjang
cenderung menumpuk atau menjebak kotoran di bagian bawah kuku. Kotoran
bisa sebagai akibat dari menyentuh bagian dubur setelah buang air
besar atau menyentuh permukaan yang terinfeksi dan terkontaminasi.
Menjaga kuku dengan dipotong dan dalam bentuk yang baik setiap minggu
penting dalam menjaga kesehatan yang baik. Memotong kuku pendek
dilakukan mengikuti bentuknya tetapi jangan memotongnya terlalu dalam
sehingga merusak kulit. Pemotong atau gunting kuku digunakan untuk
memotong kuku. Pemotong kuku tidak boleh dibagi dengan orang lain.
■ Mengapa tidak disarankan untuk membagikan pemotong kuku?
Karena beberapa penyakit, seperti infeksi jamur, dapat ditularkan
dengan mudah dari orang ke orang dengan
4.6 Higiene telinga
Kotoran telinga terakumulasi di liang telinga yang mengarah dari
telinga luar ke gendang telinga. Ketika sekresi keluar dari telinga,
ia mengumpulkan partikel debu dari udara. Mencuci setiap hari dengan
sabun dan air cukup untuk menjaga telinga luar bersih. Jangan
menjangkau lebih jauh dan jangan menyentuh bagian dalam telinga dengan
jari kecil. Jepitan rambut, peniti atau benda tumpul dapat merusak
telinga. Jika Anda merasa kotoran telah menumpuk dan menyumbat telinga
Anda dan mengganggu pendengaran, konsultasikan dengan dokter Anda.
4.7 Higiene rambut (perawatan rambut)
Folikel rambut dari mana rambut tumbuh menghasilkan minyak dari
kelenjar yang menjaga rambut tetap halus. Kulit kepala (kulit yang
menutupi kepala) juga memiliki banyak kelenjar keringat dan merupakan
permukaan untuk akumulasi sel-sel kulit mati. Minyak, keringat, dan
sel-sel mati semuanya saling melengkapi dan bisa membuat rambut
berminyak dan terlihat kotor kecuali anda mencucinya secara teratur.
Higiene rambut yang buruk dapat menyebabkan ketombe dan infeksi kulit
seperti Tinea capitis. Ketombe adalah kulit mati di kulit kepala yang
lepas dalam rembesan kecil ketika kelenjar sebaseus menghasilkan
terlalu banyak minyak dan terakumulasi di kulit kepala. Rambut kepala
adalah pelabuhan yang baik untuk kutu kepala (Pediculus humanus
capitis) dan telur (telur kutu kepala). Kutu kepala adalah serangga
kecil yang hidup dengan menghisap darah. Anak-anak sangat rentan
terhadap infestasi kutu. Kutu menyebar dari satu kepala ke yang lain
ketika ada kontak dekat seperti di lingkungan sekolah. Mereka membuat
kulit kepala gatal dan merupakan penyebab gangguan, iritasi dan malu.
Mencukur rambut kepala mungkin dalam kasus-kasus kutu berat. Namun,
membagikan handuk dengan orang lain harus dihalangi. Membersihkan
rambut penting untuk memastikan higienenya tetap bersih, sehat dan
kuat.

Prosedur yang disarankan untuk membersihkan rambut adalah:
● Gunakan air bersih untuk mencuci rambut Anda secara teratur
(setidaknya dua kali seminggu, sebaiknya setiap hari lain dengan sabun
mandi atau shampo, mana saja yang tersedia.
● Pijat kulit kepala dengan baik. Ini akan mengangkat sel kulit mati,
minyak berlebih dan kotoran.
● Bilas dengan air jernih.
● Pelembut (Conditioner) sangat membantu jika Anda memiliki rambut
yang lebih panjang karena membuat rambut lebih halus dan lebih mudah
disisir.
● Gunakan sisir bergigi lebar untuk rambut basah karena lebih mudah
ditarik.
● Keringkan rambut dan kepala dengan handuk bersih. Jangan pernah
berbagi handuk dengan orang lain.
● Sisir rambut agar terlihat cantik untuk hari itu.
4.8 Higiene kaki (perawatan kaki)
Kita menghabiskan banyak waktu menggunakan kaki kita. Kaki kita
berkeringat saat kita berjalan siang dan malam dan keringat
terakumulasi di semua permukaan kaki dan di antara jari-jari kaki.
Keringat tersebut dapat menodai sepatu dan dapat menghasilkan bau yang
mengerikan.
■ Apa yang menyebabkan keringat pada kulit menghasilkan bau yang tidak
menyenangkan?
Bakteri akan bekerja saat mereka menguraikan keringat. Seperti halnya
bakteri, keringat juga mendorong pertumbuhan jamur di antara jari-jari
kaki. Ini disebut kaki atlet.
Gejala-gejala kaki atlit adalah kulit bersisik dan lecet atau lepuhan,
yang dimulai di antara jari-jari kaki tetapi sering dapat menyebar ke
telapak kaki. Ini adalah iritasi ringan dan sering menghilang dengan
sendirinya tetapi kadang-kadang retakan dan luka ini menjadi tempat
infeksi lain. Kaki harus dicuci setiap hari, atau setidaknya dua kali
seminggu. Higiene kaki juga penting dalam perawatan penyakit
podoconiosis, kadang-kadang dikenal sebagai kaki berlumut. Penyakit
ini menyebabkan pembengkakan di kaki dan tungkai bawah dan umum di
bagian-bagian tertentu. Ini adalah reaksi dalam tubuh terhadap
partikel tanah yang sangat kecil yang telah melewati kulit kaki.
Podoconiosis dapat dengan mudah dicegah dengan memakai sepatu setiap
saat tetapi, jika seseorang terpengaruh, mencuci dan mengeringkan kaki
dengan hati-hati adalah bagian penting dari pengobatan.
Kuku kaki tidak banyak berperan dalam penularan penyakit. Namun,
mereka dapat mengakumulasi kotoran dan ini dapat meningkatkan potensi
pemuliaan bakteri dan jamur, misalnya penyakit kaki kapalan (atlit).

4.9 Ketiak dan higiene bagian bawah selangkangan.
Ketiak adalah bagian tubuh yang mudah berkeringat dan di mana
pertukaran udara sangat buruk. Setelah pubertas, keringat kita
mendapatkan bau yang spesifik dan tidak menyenangkan yang mungkin
menganggu orang lain. Ketiak dan bagian bawah selangkangan harus
dicuci setiap hari. Pembersihan dubur adalah praktik higiene
membersihkan anus setelah buang air besar. Anus dan bokong dapat
dibersihkan dengan kertas toilet bersih atau produk kertas sejenis dan
dapat menggunakan air. Lalu tangan harus dicuci dengan sabun.
Penggunaan kain, daun, batu, dan lain sebagainya, harus hati – hati
menggunakannya karena bahan-bahan ini dapat merusak kulit.
4.10 Higiene pakaian
Pakaian biasanya memiliki dua lapis. Lapisan dalam adalah celana dalam
(atau pakaian dalam) seperti celana, rompi dan T-shirt. Ini tepat di
sebelah kulit kita dan mengumpulkan keringat dan sel-sel kulit mati,
yang dapat menodai kain. Bakteri dapat tumbuh di bagian ini dan
menghasilkan bau tidak enak selain bau keringat yang khas. Pakaian
dalam harus dicuci lebih sering daripada lapisan luar pakaian. Higiene
pakaian merupakan aspek penting dari martabat seseorang. Mengganti
pakaian yang setelah dipakai sangat dianjurkan setiap hari. Mencuci
pakaian kotor membutuhkan air bersih yang cukup, deterjen (sabun padat
atau bubuk) dan fasilitas mencuci. Jika memungkinkan, pakaian yang
dicuci harus disetrika untuk membantu penghancuran kutu dan telur. Air
mendidih atau insektisida dapat digunakan untuk menghancurkan bakteri
di pakaian.

Sering berganti pakaian bersih mungkin tidak selalu dilakukan di
kalangan golongan ekonomi rendah. Namun, frekuensi berganti pakaian
disarankan dua kali seminggu untuk pemakaian dalam dan sekali atau dua
kali per minggu untuk pakaian luar. Frekuensi pergantian pakaian
tergantung pada intensitas kotoran pada pakaian, dan itu tergantung
pada iklim dan jenis kegiatan.
4.11 Higiene menstruasi (Higiene diri untuk wanita)
Vagina tidak memerlukan perawatan khusus seperti mencuci alat kelamin
eksternal. Mencuci area genital luar dengan air bersih harus menjadi
praktik sehari-hari. Ganti tampon atau pembalut secara teratur. Selalu
cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti tampon atau pad. Kain lembut
dapat digunakan sebagai pengganti pembalut. Penggunaan kain kotor
harus dihalangi. Kain penyerap darah menstruasi harus benar dibuang di
tempat sampah.
5. Perencanaan untuk peningkatan higiene perorangan.
Sebagai Praktisi Penyuluh Kesehatan, mendidik anggota masyarakat
tentang higiene perorangan adalah salah satu tugas utama Anda. Anda
mungkin bertanya pada diri sendiri: mendidik apa, mendidik siapa, di
mana, dan bagaimana? Anda dapat bertanya lebih lanjut pada diri Anda
sendiri: bagaimana cara saya memantau atau mengevaluasi kesuksesan
saya dalam promosi higiene perorangan? Bagian berikut akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini.
5.1 Menyiapkan rencana tindakan untuk promosi higiene perorangan
Anda perlu membuat survei dasar dari komunitas Anda untuk membantu
Anda memahami sejauh mana masalah higiene perorangan. Desa dan sekolah
dapat disurvei untuk tujuan ini. Merancang survei kesehatan perlu
bekerja sama dengan orang lain tetapi masukan Anda sangat berharga
untuk menyusun struktur pertanyaan yang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap dan praktik lokal (disingkat sebagai KAP –
Knowledge, Attitude and Practice). Wawancara dengan responden, diskusi
kelompok dan pengamatan semuanya berguna untuk menjelajahi praktik
higiene perorangan . Dari hasil survei Anda harus dapat
mengidentifikasi prioritas dan intervensi untuk meningkatkan higiene
perorangan di komunitas Anda. Anda kemudian dapat merancang rencana
aksi dengan mengetahui tema-tema utama yang perlu dibahas. Rencana
termasuk tema, tujuan, jenis audiens, pesan utama, dan lain-lain. Ini
diilustrasikan pada Tabel 3.1 (pada halaman berikutnya). Beberapa
baris pertama tabel telah selesai untuk menunjukkan bagaimana Anda
dapat menggunakan rencana jenis ini.
5.2 Mengidentifikasi Peserta
Pasti ada alasan bagus mengapa Anda ingin mendidik masyarakat tentang
higiene perorangan . Anda harus mengidentifikasi kelompok orang yang
ingin Anda targetkan sehingga Anda dapat menyiapkan pesan dan
pengajaran kesehatan yang tepat (Gambar 3.8).
Anak-anak sekolah, wanita, orang tua, orang dewasa, remaja dan pasien
yang mencari pertolongan medis adalah beberapa kelompok yang mungkin
Anda putuskan sebagai prioritas.

Anak – anak diberikan penyuluhan melalui foto
5.3 Situs untuk promosi higiene perorangan
Kapanpun Anda memiliki kunjungan pemantauan, Anda dapat mengambil
kesempatan untuk mempromosikan higiene perorangan kepada anggota rumah
tangga perorangan. Pertemuan kelompok dan pertemuan massal (pasar,
gereja, liburan) juga merupakan peluang yang baik. Sekolah dan pasien
di fasilitas kesehatan. Ingat bahwa jenis dan jumlah audiens Anda akan
berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain.
3.5.4 Cara mempromosikan higiene perorangan
Ini adalah pertanyaan dasar yang perlu Anda atasi dengan hati-hati.
Poin pentingnya adalah Anda harus siap untuk tema yang ingin Anda
bahas. Persiapannya harus fokus pada memperoleh pengetahuan yang
terperinci dan informasi yang memadai tentang tema itu. Ini
membutuhkan bahan bacaan, mengumpulkan alat peraga yang sesuai dan
mengetahui khalayak (latar belakang pendidikan, kebutuhan mereka,
perilaku, kebiasaan, dll.). Memperbaiki situs, tanggal dan waktu juga
penting. Anda harus mengidentifikasi pesan-pesan utama yang ingin Anda
sampaikan kepada audiens Anda.
3.5.5 Mengevaluasi status higiene perorangan.
Anda perlu mengukur keberhasilan upaya Anda dalam promosi higiene
perorangan. Tidak selalu tugas yang sederhana untuk mengidentifikasi
ketiadaan praktek higienis yang baik. Beberapa metode yang dapat
digunakan secara luas dijelaskan sebagai berikut.
Adanya prosedur mencuci tangan yang higienis
Anda harus membuat instruksi manual untuk prosedur mencuci tangan itu
dan harus tersedia di fasilitas umum (Pos Kesehatan, Puskesmas, Rumah
Sakit, dan lain-lain). Ini adalah ide yang bagus untuk prosedur yang
akan dipajang di dinding tempat semua orang dapat melihatnya sebagai
pengingat yang mudah.
Pengamatan
Ini adalah metode termudah dan paling dapat diandalkan. Untuk
mengatakan apakah pemantauan suatu obyek (permukaan tubuh, mata,
bagian atas meja, lantai, dll.) Bersih atau tidak, Anda harus terlebih
dahulu memahami apa arti 'bersih' bagi objek-objek tersebut karena
tingkat higiene dinilai dengan cara yang berbeda. Ini mungkin bersih
atau tidak bersih; diterima atau tidak; atau dapat dikategorikan
menggunakan skala lima poin: tidak bersih, agak bersih, bersih, sangat
bersih, dan super bersih. Kamu harus mengerti bahwa tingkat higiene
dapat bervariasi antara pengamatan Anda sendiri dan orang lain tentang
objek yang sama. Penghakiman seperti itu, bagaimanapun, hanya berlaku
untuk kotoran yang terlihat. Penting untuk disadari bahwa permukaan
yang terlihat bersih belum tentu bebas mikroorganisme.
Cara untuk tidak langsung menilai
Anda perlu bertanya pada diri sendiri mengapa beberapa infeksi lebih
umum di satu desa daripada yang lain.
▪ Apa alasannya jika Anda mendapat laporan bahwa diare sering terjadi
masalah di satu dari sepuluh desa?
*
Anda harus menduga bahwa praktik higiene perorangan yang buruk
mungkin menjadi salah satu faktor penularan penyakit yang
berkelanjutan. Kurangnya memadai air untuk mencuci tangan atau
buang air besar bisa menjadi faktor lain.
Survei Pasca Data Dasar (Baseline).
Perilaku komunitas Anda dapat disurvei lagi untuk mengetahui apakah
Anda upaya dalam pendidikan higiene perorangan telah berhasil.
Rancangan survei tindak lanjut apa pun harus didasarkan pada survei
dasar asli sehingga Anda bias bandingkan temuan survei Anda dengan
baseline. Waktu survei pasca-dasar akan bergantung pada keadaan
setempat. Ini membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah perilaku
tetapi tidak lebih dari satu tahun setelah survei awal.
Ringkasan
Dalam Sesi ini, Anda telah belajar bahwa:
1. Higiene diri merupakan kebutuhan untuk kegiatan sehari-hari kita.
Ini sangat penting untuk melindungi kesehatan kita dan membantu
mencegah penyebaran penyakit menular.
2. Higiene diri memiliki nilai-nilai sosial dan estetika. Seseorang
yang
mengikuti praktik kepercayaan diri dan martabat perorangan.
3. Higiene perorangan berlaku untuk semua bagian tubuh, tetapi higiene
tangan mungkin yang paling penting untuk kesehatan masyarakat.
4. Prosedur yang berlaku dalam higiene perorangan (seperti mencuci
tangan dan higiene mulut) perlu diikuti secara benar untuk mendapatkan
hasil terbaik.
5. Promosi higiene perorangan harus bertujuan untuk mengubah perilaku
manusia. Penyediaan informasi higiene pertama-tama pada pengetahuan
dan kemudian praktik.
6. Promosi higiene perorangan harus direncanakan dengan baik untuk
membawa perubahan positif.
Pertanyaan Kajian Sendiri (KS) untuk Sesi Belajar ini:
Sekarang setelah Anda menyelesaikan sesi studi ini, Anda dapat menilai
seberapa baik Anda telah mencapai Hasil Pembelajaran dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Menulis jawaban Anda di Buku Harian Belajar
dan diskusikan dengan Tutor Anda dalam sesi-sesi berikutnya. Anda
dapat memeriksa jawaban Anda dengan Catatan tentang Pertanyaan
Penilaian-Sendiri .
KS 3.1 (tes Hasil Belajar 3.1 dan 3.3)
Identifikasi komponen higiene perorangan yang diberi nomor pada Gambar
3.9

KS 3.2 (tes Hasil Belajar 3.3)
Tuliskan nama dari satu atau dua penyakit atau kondisi yang dapat
menular dan frekuensi yang disarankan untuk mencuci atau membersihkan
untuk hal-hal berikut masing-masing komponen higiene perorangan.
Komponen
Kondisi
Rekomendasi untuk frekuensi membersihkan
Higiene Mata
Higiene rambut
Higiene tubuh
Higiene mulut
Higiene tangan
Higiene kaki
Higiene pakaian
KS 3.3 (tes Hasil Belajar 3.2 dan 3.5) Diberikan jawaban Anda untuk KS
3.2, komponen mana yang paling penting untuk wilayah Anda?
KS 3.4 (tes Hasil Belajar 3.4 dan 3.6)
Suatu hari di sebuah pesta pernikahan, Anda mengamati beberapa tamu
mengantri mencuci tangan, sementara orang lain sudah mulai makan pesta
tanpa mencuci tangan. Di antara mereka yang mencuci tangan, beberapa
menggunakan sabun, sementara yang lain hanya menggunakan air yang
mengalir tanpa sabun. Apakah praktik mencuci tangan ini sudah baik
atau belum?
KS 3.5 (tes Hasil Belajar 3.6)
Tujuan mencuci tangan adalah untuk menyingkirkan mikroorganisme dari
tangan kita. Misalkan Anda ingin mendidik anggota keluarga dengan
benar
mencuci tangan dan menunjukkan prosedur yang benar untuk diikuti. Apa
yang akan Anda lakukan untuk mereka dapat melakukan cuci tangan dengan
benar? Apa situasi kritis untuk cuci tangan yang tepat yang harus
mereka ketahui?
KS 3.6 (tes Hasil Belajar 3.7)
KS 3.5 ditujukan untuk mendidik anggota rumah tangga. Kegiatan apa
yang akan Anda pertimbangkan untuk perencanaan promosi higiene
perorangan di tingkat komunitas?
KS 3.7 (tes Hasil Belajar 3.8)
Kembali ke KS 3.5 dan jawaban Anda. Bayangkan bahwa Anda telah
memberikan promosi cuci tangan ini kepada sekelompok rumah tangga.
Bagaimana Anda akan mengevaluasi apakah promosi itu efektif?
III.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pengantar
Mempelajari lebih jauh dengan materi PHBS kita akan membahas terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan “Sehat” menurut WHO dan menurut
Undang-undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan. Juga akan
disinggung pengertiaan tentang “Perilaku” dan “Perilaku Kesehatan”
oleh berbagai ahli di bidangnya termasuk “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat”.
1. Pengertian Sehat
Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi
oleh perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan
bahkan oleh masyarakat. Definisi sehat menurut World Health
Organization (WHO-1948):
“Sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan
sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan”
Sementara itu, dalam UU Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009, sehat
didefinisikan sebagai: “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Hal ini berarti
bahwa kesehatan pada diri seseorang atau individu itu mencakup aspek
fisik, mental, spiritual dan sosial demi tercapainya keadaan yang
sejahtera bagi seseorang baik dengan produktivitasnya dan juga
ekonominya.
Menurut Blum (1974) terkait dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terdapat empat faktor
sebagaimana diuraikan dalam gambar di bawah ini:

Pertama, faktor perilaku merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain,
perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus
yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)
maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku
kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya khususnya yang menyangkut
pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan.
Kedua, faktor lingkungan merupakan indikator kunci status kesehatan
masyarakat mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, politik, ekonomi,
dan sebagainya. Tetapi bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat
dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak buruknya sehingga dapat di
carikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan
manusia.
Ketiga, faktor pelayanan kesehatan lebih berkait dengan kinerja
pemerintahan yang sedang berkuasa. Kesungguhan dan keseriusan
pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu
suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas, dan posyandu menjadi
ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.
Ke-empat, faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit
untuk diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Penyakit
atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes mellitus, buta warna,
albino, atau yang lainnya, bisa diturunkan dari orang tua ke
anak-anaknya atau dari generasi ke generasi. Pencegahannya cukup sulit
karena menyangkut masalah gen atau DNA. Pencegahan yang paling efektif
adalah dengan menghindari gen pembawa sifatnya.
Perilaku mengambil bagian terbesar dari faktor penentu status
kesehatan seseorang karena sesungguhnya pola hidup yang sehat dan baik
akan membentuk tubuh yang kuat, sehat, serta terhindar dari penyakit.
Hal-hal seperti tidak merokok, menjauhi alkohol, olah raga teratur,
pola makan yang baik, istirahat yang cukup akan dapat meningkatkan
imunitas atau daya tahan seseorang, sehingga meskipun lingkungan masih
kurang baik, pelayanan kesehatan berkualitas rendah, dan tubuh
memiliki gen atau pembawa sifat yang kurang menguntungkan dapat
diminimalisir efek buruknya dengan pola hidup yang sehat dan baik.
2. Perilaku
Pengertian perilaku sebagaimana di definisikan oleh Chaplin (2006)
adalah: “kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan,
tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses
berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya” Menurut Wordworth and
Marquis (1971) perilaku merupakan “keseluruhan atau totalitas kegiatan
akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui
proses penguatan dan pengkondisian”. Sementara Branca dalam Herri
(2010) menguraikan “perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiaan
kognitif, afektif dan psikomotorik”. Ketiga aspek ini saling
berhubungan. Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek
perilaku lainnya juga terganggu. Selanjutnya, Bimo Walgito (1990)
mengatakan bahwa “perilaku adalah akibat interelasi stimulus eksternal
dengan internal yang akan memberikan respon-respon eksternal. Stimulus
internal merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan
fisiologis atau psikologis seseorang. Misalnya, ketika kita lapar maka
reaksi kita adalah mencari makanan. Sedangkan stimulus eksternal
merupakan segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri
(lingkungan). Misalnya, ketika melihat roti maka timbul keinginan
untuk makan, meskipun reaksi dari tubuh kita tidak menunjukkan rasa
lapar”.
Sementara itu, terkait dengan berbagai stimulus, Skinner (2010)
“perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
dari luar (stimulus)”. Perilaku terhadap rangsangan dari luar dapat
dikelompokkan menjadi dua: pertama, perilaku tertutup (covert
behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus
tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservabel behavior” atau “covert behavior” apabila respon tersebut
terjadi dalam diri sendiri dan sulit diamati dari luar (orang lain)
yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).
Kedua, Perilaku Terbuka (overt behaviour), apabila respon tersebut
dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang
disebut praktik (practice) yang diamati orang lain dari luar atau
“observabel behavior”. Perilaku muncul sebagai akibat dari hubungan
timbal balik antara stimulus dan respon yang lebih dikenal dengan
rangsangan tanggapan. Hubungan stimulus dan respon akan membentuk
pola-pola perilaku baru, dan hubungan stimulus dan respon merupakan
suatu mekanisme dari proses belajar dari lingkungan luar.
Dikaitkan dengan ganjaran (reward), Herri (2010) memberikan penguatan
kepada respon atau tetap untuk mempertahankan respon. “Adanya hukuman
(punishment) melemahkan respon atau mengalihkan respon ke bentuk
respon lainnya. Perubahan perilaku akibat perubahan dari ganjaran atau
hukuman”.
Pandangan lain dari Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa: “perilaku
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Pendapat di atas
disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang
mengenai individu tersebut”. Selanjutnya, perilaku tersebut dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif
atau respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan yang
tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan:
berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang memiliki
pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum
melakukannya secara kongkrit. Perilaku aktif adalah perilaku yang
dapat diamati secara langsung (melakukan tindakan), misalnya:
seseorang yang tahu bahwa menjaga higiene amat penting bagi
kesehatannya ia sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat
menganjurkan pada orang lain untuk berbuat serupa.
3. Perilaku Kesehatan
Uraian selanjutnya adalah terkait dengan hal ketiga, yakni masalah
perilaku kesehatan itu sendiri. Gochman (1998) mendefinisikan:
“perilaku kesehatan sebagai atribut atribut seperti kepercayaan,
ekspektasi, motif-motif, nilai-nilai, persepsi elemen kogniti lainnya,
karakteristik keperoranganan, termasuk mood dan status emosi dan
sifat-sifat serta pola peilaku yang jelas, tinndakan dan kebiasaan
yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, restorasi dan
peningkatan kesehatan”. Sementara menurut Notoatmodjo (2007),
“perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap
stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan”.
Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3
aspek, yaitu: 1). Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan
penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh
dari sakit; 2). Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang
dalam keadaan sehat; dan 3). Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/Menkes/Per/XI/2011 Tanggal͕ 10 November 2011 Tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif menyatakan bahwa
masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan PHBS,
diperoleh pengertian dasar PHBS, yaitu: “Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan sebuah keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.”
Selanjutnya dalam peraturan dan keputusan menteri kesehatan tersebut
diuraikan dalam prakteknya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dilakukan pada lima tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, sekolah, tempat
kerja, sarana/institusi kesehatan, dan tempat-tempat umum .
a. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah
tangga yaitu:
1.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
2.
Memberi bayi ASI Eksklusif,
3.
Menimbang bayi dan balita,
4.
Menggunakan air bersih,
5.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6.
Menggunakan jamban sehat,
7.
Memberantas jentik di rumah,
8.
Makan buah dan sayur setiap hari,
9.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari,
10.
Tidak merokok di dalam rumah.

Gambar 1. Indikator Rumah Tangga ber-PHBS
Penjelasan dari tiap indikator PHBS tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong
oleh tenaga kesehatan karena: a). Tenaga kesehatan merupakan orang
yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu
dan bayi lebih terjamin, b). Apabila terdapat kelainan dapat diketahui
dan segera ditolong oleh atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit,
c). Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
Apabila terdapat tanda-tanda persalinan seperti ibu mengalami
mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat, rahim
terasa kencang bila diraba terutama saat terasa mulas, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan ketuban yang berwarna
jernih kekuningan dari jalan lahir, merasa seperti mau buang air besar
maka harus segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/ dokter), tetap
tenang dan tidak bingung, untuk mengurangi rasa sakit dari mulasnya
dapat bernapas panjang melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut.
2) Memberi bayi ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan
bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah
melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan
pendarahan, berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian. ASI
Eksklusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, hanya diberi ASI saja
tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain, sementara selain
ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk lumat
dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI
tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI juga
harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan
mendapat dukungan dari keluarga agar upaya pemberian ASI Eksklusif
selama enam bulan bisa berhasil.
3) Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan
terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya).
Berat badan naik, bila : garis pertumbuhannya naik mengikuti salah
satu pita warna pada KMS, garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di
atasnya.

Gambar 2. Berat badan anak dan balita naik pada KMS
Sementara yang tidak naik, bila : Garis pertumbuhannya menurun, garis
pertumbuhannya mendatar, dan garis pertumbuhannya naik tetapi pindah
ke pita warna yang lebih muda.
Dengan melihat berat badan bayi dan balita naik atau tidak naik pada
pencatatan setiap bulan, dapat diketahui apakah bayi dan balita tumbuh
sehat, bisa mencegah gangguan pertumbuhan, jika berat badan dua bulan
berturut-turut tidak naik atau bahkan berat badannya dibawah garis
merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, dapat segera dirujuk ke
Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk
mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan
gizi.
4) Menggunakan air bersih
Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera
kita (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a.
Air tidak berwarna, harus bening/ jernih.
b.
Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,
sampah, busa dan kotoran lainnya.
c.
Air tidak berasa.
d.
Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk, atau
bau belerang.
Dengan menggunakan air bersih dapat terhindar dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata,
penyakit kulit atau keracunan selain itu, setiap anggota keluarga
terpelihara higienenya. Keberadaan air bersih ini yang sangat penting,
maka perlu untuk menjaga higiene sumber air bersih yaitu: a). Jarak
letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah sampai
paling sedikit 10 meter, b). Sumber mata air harus dilindungi dari
bahan pencemaran, c). Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air
harus dijaga bangunannya agar tidak rusak, dan d). Harus dijaga
higienenya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, tidak
ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/ dinding sumur.
Ember/ gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di
lantai.
Meskipun air sudah bersih tetapi ketika diminum harus tetap dimasak
mendidih karena air belum tentu bebas kuman penyakit, yang hanya bisa
mati pada suhu 1000C (saat mendidih).
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu intervensi
kesehatan yang paling hemat tapi sangat bermanfaat karena dapat
membunuh kuman penyakit yang ada di tangan sehingga tangan menjadi
bersih dan bebas dari kuman, mencegah penularan penyakit, seperti
disentri, flu burung, flu babi, typhus, dan lain-lain. Aktivitas yang
dianjurkan untuk cuci tangan yaitu: a). Setiap kali tangan kita kotor
(setelah; memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), b).
Setelah buang air besar, c). Setelah menceboki bayi atau anak, d).
Sebelum makan dan menyuapi anak, e). Sebelum memegang makanan, dan f).
Sebelum menyusui bayi.

Gambar 3. Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan
Adapun cara yang benar untuk cuci tangan itu sendiri dengan
menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya,
selanjutnya bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela
jari dan punggung tangan, dan yang terakhir bersihkan tangan pakai lap
bersih.
6) Menggunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia. Jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan, sebagai
berikut:
a.
Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber
air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b.
Tidak berbau.
c.
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d.
Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e.
Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g.
Penerangan dan ventilasi cukup.
h.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja,
sehingga dapat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan
tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang dijadikan sebagai air
baku air minum atau air untuk kegiatan sehari- hari, dan tidak
mengundang serangga dan binatang yang dapat menyebarluaskan bibit
penyakit.
7) Memberantas Jentik di rumah
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan
nyamuk). 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN
yaitu :
a.
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, tatakan kulkas, alas pot kembang.
b.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti
lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang
dapat menampung air hujan.
c.
Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air.
d.
Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan
kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan
nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam
kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang
memadai, menabur larvasida di tempat yang sulit dikuras
dan memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
8) Makan buah dan sayur setiap hari
Sayur dan buah merupakan sumber nutrisi antioksidan dengan kandungan
vitamin dan mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa fitokimia
anti-kanker serta serat. Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari
untuk menjaga tubuh tetap sehat yaitu mengkonsumsi minimal 3 porsi
buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Konsumsi sayur
dan buah yang tidak merusak kandungan dari gizinya adalah dengan
memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara
bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan
olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat
menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.
10) Tidak merokok di dalam rumah
Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung zat-zat
nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan
pembuluh darah.
Jika di dalam lingkungan masyarakat, semua rumah tangga menerapkan
PHBS maka akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
a). Bagi Rumah Tangga:
i.
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
ii.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
iii.
Anggota keluarga giat bekerja.
iv.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
b). Bagi Masyarakat:
i. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
ii. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah- masalah
kesehatan.
iii. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
iv. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulans desa dan lain-lain.
c) Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota
v.
Peningkatan persentasi Rumah Tangga ber-PHBS menunjukkan kinerja
dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
vi.
Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan
yang tertata rapi dan sehat serta penyediaan sarana pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
vii.
Provinsi dan kabupaten/ kota dapat dijadikan pusat pembelajaran
bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
b). PHBS di Sekolah
Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah
(usia 6-10), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu,
penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan
dapat dilakukan melalui pedekatan usaha kesehatan Sekolah (UKS). PHBS
disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS, dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Indikator PHBS di sekolah:
(1). Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
(2). Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
(3). Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
(4). Olahraga yang teratur dan terukur
(5). Memberantas jentik nyamuk
(6). Tidak merokok di sekolah.
(7). Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
(8). Membuang sampah pada tempatnya
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala
sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orangtu siswa,
masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain)
Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah
a.
Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit.
b.
Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar siswa
c.
Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua.
d.
Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e.
Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
Langkah-langkah Pembinaan PHBS di sekolah
1.
Analisis Situasi
Penentu kebijakan/pimpinan disekolah melakukan pengkajian ulang
tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana
sikap dan perilaku khalayak sasaran (siswa, warga sekolah dan
masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS disekolah.
Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
2.
Pembentukan kelompok kerja
Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite
sekolah dan tim pelaksana atau Pembina UKS tentang :
3.
Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah • Membahas
rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah.
Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah, antisipasi
kendala sekaligus alternative solusi.
Menetapkan penanggung jawab PHBS disekolah dan mekanisme
pengawasannya.
Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah
dan masyarakat sekolah.
Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan
PHBS di sekolah.
4.
Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan dan cara
melaksanakannya.
5.
Penyiapan Infrastruktur
Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS
di sekolah Instrument pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS
di sekolah Pembuatan dan penempatan pesan di tempat-tempat
strategis disekolah Pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah
6.
Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
7.
Pemantauan dan evaluasi
Dukungan dan peran untuk membina PHBS di sekolah diperlukan dengan adanya
kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala
Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat
penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat.
Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan
pelaksana UKS), sedangkan masyarakat sekolah berpartisipasi dalam
perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.
Peranan Pemerintah Daerah baik Bupati/Walikota adalah untuk mengeluarkan
kebijakan dalam bentuk perda, surat keputusan, surat edaran,
instruksi, himbauan tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat
disekolah dan mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.
Sementara DPRD memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS
di sekolah, dan memantau kinerja Bupati/Walikota yang berkaitan dengan
pembinaan PHBS di sekolah.
Peran Lintas Sektor yang harus dilibatkan , yaitu Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, Tim Pembina Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS), Tim Pelaksana UKS, Komite Sekolah, Para Guru,
dan Persatuan Orangtua Murid, sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing seyogyanya diterapkan dalam pembinaan PHBS di tatanan
sekolah.
c). Di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :
a). Tidak merokok di tempat kerja
b). Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
c). Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik
d). Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil
e). Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
f). Menggunakan air bersih
g). Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar
h). Membuang sampah pada tempatnya
i). Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan
d. Di Sarana/Institusi Kesehatan
Sarana/Institusi Kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti rumah sakit, Puskesmas dan
klinik swasta. Lalu lalang berkumpulnya orang sakit dan sehat di
institusi kesehatan dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi
pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung.Terjadinya infeksi oleh
bakteri atau virus yang ada di institusi kesehatan, penularan penyakit
dari penderita yang dirawat di institusi kesehatan kepada penderita
lain atau petugas di institusi kesehatan ini disebut dengan Infeksi
Nosokomial.
Infeksi Nosokomial dapat terjadi karena kurangnya higiene institusi
kesehatan atau kurang higienis, tenaga kesehatan yang melakukan
prosedur medis tertentu kurang terampil. Penularan penyakit juga dapat
terjadi karena tidak memadainya fasilitas institusi kesehatan seperti
ketersediaan air bersih, jamban, pengelolaan sampah dan limbah .Juga
perilaku dari pasien, petugas kesehatan dan pengunjung seperti
membuang sampah dan meludah sembarangan.
Dengan tidak diterapkannya Perilaku Hidup Bersih dari Sehat (PHBS) di
institusi Kesehatan dapat membuat orang sakit bertambah sakit dan yang
sehat menjadi sakit. Infeksi nosokomial merupakan salah satu
penyumbang penyakit tertinggi. Persentase tingkat risiko terjangkitnya
Infeksi Nosokomial pada Rumah Sakit Umum mencapai 93,4% sedangkan
Rumah Sakit Khusus hanya 6,6%. Antara 1,6-80,8 % merupakan Infeksi
Nosokomial pada penyakit saluran pencernaan (Depkes 2010).
PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat.
Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan:
a.
Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi
kesehatan
b.
Mencegah terjadinya penularan penyakit di insti¬tusi kesehatan
c.
Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat.
Adapun sasaran PHBS di Institusi Kesehatan, yaitu:
a.
Pasien,
b.
Keluarga Pasien,
c.
Pengunjung,
d.
Petugas Kesehatan di institusi kesehatan, dan
e.
Karyawan di institusi kesehatan.
Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan bagi Pasien/Keluarga
Pasien/Pengunjung, antara lain adalah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan di institusi, peningkatan kesehatan pasien dan terhindar
dari penularan penyakit. Bagi Institusi Kesehatan itu sendiri manfaat
yang diperolah yaitu: mencegah terjadinya penularan penyakit di
institusi kesehatan dan meningkatkan citra institusi kesehatan yang
baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah
manfaat yang diperoleh adalah dengan peningkatan persentase Institusi
Kesehatan Sehat menunjukkan kinerja dan citra Pemerintah
Kabupaten/Kota yang baik, dan Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat
pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Institusi
Kesehatan.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan tersebut di atas,
Indikator PHBS di Sarana/Institusi Kesehatan yang dikembangkan adalah
bila pasien/masyarakat pengunjung dan petugas :
a). Menggunakan air bersih,
b). Menggunakan jamban.
c). Membuang sampan pada tempatnya,
d). Tidak merokok di institusi kesehatan.
e). Tidak meludah sembarangan, dan
f). Memberantas Jentik nyamuk.
e. Di Tempat-tempat Umum
PHBS di Tempat – tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat – tempat umum agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan tempat – tempat Umum Sehat.
Tempat – tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah,
sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
di Tempat – Tempat Umum yaitu :
1.
Menggunakan air bersih
2.
Menggunakan jamban
3.
Membuang sampah pada tempatnya
4.
Tidak merokok di tempat umum
5.
Tidak meludah sembarangan
6.
Memberantas jentik nyamuk
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO (1998). Participatory Hygiene and Sanitation Transformation
(PHAST) Step-by-step Guide: A Participatory Approach for the Control
of Diarrhoeal Diseases.
http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/envsan/phastep/en/
2. USAID/HIP (2007). Preparing for Community-led Total Behaviour
Change in Hygiene and Sanitation.
http://www.aed.org/Publications/upload/Health-Extension-Worker-Handbook.pdf
3. UNICEF (2009). Community Approaches to Total Sanitation, Field
Notes.
http://www.unicef.org/evaluation/files/CATS_field_note.pdf
4. HEAT. Hygiene and Environmental Health is one of the 13 Blended
Learning Modules for the Ethiopian Health Extension Programme.
www.open.ac.uk/africa/heat
5. Williams J. 2011. Personal Hygiene. Euro Med J. Geneva. 178-81;(2).
6. Blum, H. 1981. Planning for Health: Generics for the Eighties. 2nd
ed. New York: Human Sciences Press.
7. Depkes RI. 2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.
Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.
8. International Scientific Forum on Home Hygiene. Household water
storage, handling and point-of-use treatment (2005)
9. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Nasional 2013. Jakarta
10. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2007.
11. Kemenkes-Unicef. 2010. Penuntun Hidup Sehat edisi ke empat.
12. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi
Kesehatan. Depkes. 2009.
13. Tim Pembina UKS Pusat. 2010. Pedoman Pembina dan Pengembang Usaha
Kesehatan Sekolah. Jakarta.
50

  • 5 002816 28 DE FEBRERO DE 1991
  • ESQUEMA DE LA METODOLOGÍA DE TRABAJO DEL INGENIERO EN
  • ATIVIDADE DE PROGRAMÇÃO IMPLEMENTAÇÃO DE UMA BIBLIOTECA
  • ACİL BATIN RADYOLOJİSİ YARD DOÇ BENGI GÜRSES YEDITEPE ÜNIV
  • SPRAYBERRY HIGH SCHOOL P T S A
  • HAVA HATTI İLETKENLERİNİN EN BÜYÜK SALINIM DURUMUNDA YAPILARA VE
  • MULTIPLYING AND DIVIDING DECIMALS MULTIPLYING DECIMALS MULTIPLYING DECIMALS IS
  • ESPECIALIDAD EXCURSIONISMO REQUISITOS Y RESPUESTAS 1 DISCUTE CON
  • COLOR COLOR IS THE REFLECTION OF LIGHT FROM A
  • ORAŠJE0622015 GOD SLUŽBENI GLASNIK OPĆINE ORAŠJE BROJ 1 STRANICA
  • Edicto Juzgado de Investigacion Preparatoria Chupaca Causa Penal
  • OBČINA VRANSKO VRANSKO 59 3305 VRANSKO TEL 03 703
  • DKS111442019 KIELCE DNIA 12 MARCA 2019 R LISTA KANDYDATÓW
  • PRAKTISCHE OPDRACHTEN ELEKTRISCH VELD  EQUIPOTENTIAALLIJNEN TEKENEN M ET
  • MÁSTER EN INVESTIGACIÓN BIOMÉDICA UNIVERSIDAD DE VALLADOLID CURSO APLICACIONES
  • ALQORITM TESTLƏRI 1 ALQORITM A) MÜƏYYƏN GÖSTƏRIŞIN YERINƏ YETILMƏ
  • WARWICK DISTRICT COUNCIL LOCAL PLAN MAIN MODIFICATIONS SUSTAINABILITY APPRAISAL
  • MINES REQUIRE MINE OWNERS TO SUPPLY MAPS TO ADJOINING
  • U SKLADU SA ODREDBAMA ZAKONA O HIPOTECI („SLUŽBENI GLASNIK
  • SCHOOLJAAR 20142015 “HOE WAS HET OOK ALWEER?” WIST U
  • ANTE LA SITUACIÓN DE RIESGO SANITARIO DEBIDO A LA
  • PROCEDIMIENTO DE SOLICITUD DEL “SELLO DE CONFIANZA” INSTRUCCIONES
  • DESCRIPCIÓN ESPACIO COMPARTIDO COMO SABÉIS DISPONEMOS DE UN ESPACIO
  • outside_employ_or_business_activity_request
  • DIFFERENCES IN SOME PSYCHOLOGICAL CHARACTERISTICS BETWEEN PUPILS WITH POSITIVE
  • LA DIABETES EN EL EMBARAZO MANEJO DE LA DIABETES
  • BIOLOGY 1 ESSENTIAL QUESTIONS MODULE A – CELLS AND
  • CBD DISTR GENERAL UNEPCBDSBSTTA20INF73 UNEPCBDSBI1INF52 21 APRIL 2016 ENGLISH
  • CONTOH UNTUK CPNS TRENGGALEK JULI 2021 KEPADA YTH BAPAK
  • ÁREA DE PROCESOS LEGISLATIVOS 3 EXP Nº