pengaruh partisipasi anggaran, keadilan distributif dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran pada pt. purnama indonesia jurnal

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEADILAN DISTRIBUTIF DAN KOMITMEN
ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA PT. PURNAMA INDONESIA
JURNAL

Disusun Oleh :
AGUNG PRAYITNO
01112025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
2016
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEADILAN DISTRIBUTIF DAN KOMITMEN
ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA PT. PURNAMA INDONESIA
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:
Nama : Agung Prayitno
NIM : 01112025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMASURABAYA
2016
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEADILAN DISTRIBUTIF DAN KOMITMEN
ORGANISASI TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA PT. PURNAMA INDONESIA
Oleh :
======
Agung Prayitno
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama Surabaya
=========================================================
ABSTRAK
=======
Salah satu dari komponen penting dalam sebuah perencanaan di suatu
perusahaan yang berdiri ialah anggaran. Anggaran menunjukkan keperluan
yang sangat penting di suatu organisasi. Anggaran dibuat untuk
dijadikan pedoman kinerja bagi semua kegiatan yang akan dilaksanakan,
anggaran juga digunakan sebagai pengaturan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Anggaran dipakai manajer tingkat atas untuk tujuan-tujuan
organisasi dalam dimensi kuantitatif serta waktu,serta
menginformasikannya para manajer tingkat bawah sebagai perencanaan kerja
dalam watu dekat maupun waktu yang lama.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian dan Asisten yang
ikut andil dan berperan penting dalam pengambilan keputusan. Jumlah
sampel sebanyak 39 responden. Pengamatan ini berlandaskan pendekatan
kuantitatif dengan tekhnik analisis regreri linier berganda.
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil
penelitian tentang pengaruh, partisipasi anggaran, keadilan
distributif dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran jadi
bisa di ambil kesimpulan kesimpulan sebagai berikut : variabel
partisipasi anggaran, keadilan distributif, dan komitmen organisasi,
berpengaruh pada senjamgan anggaran.
Kata kunci : partisipasi anggaran, keadilan distributif, komitmen
organisasi dan senjangan anggaran.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
--------------
Salah satu dari komponen penting dalam sebuah perencanaan di suatu
perusahaan yang berdiri ialah anggaran. Anggaran menunjukkan keperluan
yang sangat penting di suatu organisasi. Anggaran dibuat untuk
dijadikan pedoman kinerja bagi semua kegiatan yang akan dilaksanakan,
anggaran juga digunakan sebagai pengaturan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Anggaran dipakai manajer tingkat atas untuk tujuan-tujuan
organisasi dalam dimensi kuantitatif serta waktu,serta
menginformasikannya para manajer tingkat bawah sebagai perencana kerja
jangka pendeknya ataupun jangka panjangnya. Sasaran anggaran tercapai
melalui pelaksanaan aktifitas sudah ditetapkan sebelumnya ke bentuk
anggaran (Kartika, 2010).
Dalam menyusun anggaran terdapat dampak langsung ke perilaku manusia.
Ada beberapa perilaku manusia yang muncul sebagai dampak dari
anggaran, baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Perilaku
positif bakal timbul jika tujuan tersendiri jika masing-masing manajer
selaras, serasi, dan seimbang dengan tujuan perusahaan dan manajer
mempunyai keinginan untuk memenuhinya. Dan perilaku negaatif halnya
budgetary slack, (Basri, 2011: 3).
Senjangan anggaran ialah suatu yang tidak sama antara anggaran yang
dinyatakan dan didalam kapasitas anggarannya yang baik serta secara
jujur bisa diperkirakan oleh manajer tersebut. Manejer membuat
senjangan dengan cara memperkirakan biaya yang tinggi dan pendapatan
yang lebih rendah. Manejer melakukannya agar target anggaran bisa
dicapai sehingga kinerja manajer terlihat baik, (Basri, 2011:
4).Senjangan anggaran muncul jika manajer tersebut sengaja dalam
menetapkan biaya yang sangat tinggi atau ditetapkanya pendapatan
sangat rendah. Tindakan itu mengakibatkan manajer mudah dalam mencapai
anggaran yang sudah ditetapkan dan tidak mendorong untuk bekerja
semaksimal mungkin. Perkiraan yang bias bisa mengurangi efektivitas
anggaran pada perencanaanya dan sisi pengawasan organisasi (Setianto,
2011: 3).
PT. Purnama Indonesia ialah perusahaan yang bergelut dibidang
kontraktor. Perusahaan tersebut dituntut untuk berusaha dalam memacu
dan meraih kemampuannya semaksimal mungkin melalui percepatan
keberhasilan pembangunan sarana perindustrian dan dalam meningkatan
pelayanan pada masyarakat sehingga bisa bersaing dengan perusahaan
lain. Untuk itu diharapkan perusahaan dapat bertahan dan dapat
berkembang lebih baik dalam suatu lingkungan bisnis yang berubah
secara cepat memiliki ketidakpastian yang relatif tinggi, manajemen
harus mempunyai alat yang bisa membantu dalam perencanaan, koordinasi
dan penilaian kinerja dalam suatu anggaran. Berdasarkan dari data
target dan juga realisasi pendapatan sejak tahun 2012 hingga 2015 yang
didapat yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 Target Anggaran Pendapatan PT. Purnama Indonesia
Tahun
Target Anggaran
(Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
Selisih Anggaran
(Rp)
2012
485.325.000
419.061.000
66.264.000
2013
453.799.000
394.779.000
59.020.000
2014
417.375.000
407.772.000
9.603.000
2015
453.224.000
428.747.000
24.477.000
Sumber : PT. Purnama Indonesia
Dari data diatas maka dapatlah menjadi gambaran senjangan anggaran
pada PT. Purnama Indonesia yang diindikasikan karena penyusunan
anggaran kurang melibatkan bawahan dan rendahnya komitmen anggaran.
Karena bagian bawahan jarang dilibatkan dalam partisipasi untuk
penyusunan anggaran sehingga kurang optimal untuk menerapkan komitmen
di organisasi. Keadilan diartikan sebagai hal yang dapat dirasakan
dari sarana yang dipergunakan untuk menentukan reward yang didapat
karyawan, diantaranya meliputi persepsi karyawan, mengkomunikasikan
umpan balik, dan menentukan penghargaan untuk karyawan. Biasanya
karyawan tersebut memperbandingkan dirinya dengan karyawan lain, jadi
secara persepsi mereka lebih cenderung membandingkannya antara
pendapatan yang didapat dengan pendapatan yang diperoleh oleh karyawan
lain atas kinerja dan prestasi yang sama pula dengan dirinya sendiri.
Bila pendapatan yang didapatnya lebih kecil dari pendapatan yang
diperoleh oleh orang lain dengan prestasi dan kinerja yang sama, maka
akan timbul suatu ketidakadilan. Lain halnya dengan karyawan yang
mendapatkan penghargaan dari atasnya, yang mana dirinya merasa bahwa
penghargaan tersebut tidak pantas atau tidak sesuai dengan prestasi
dan hasil kinerjanya, maka dari itu bisa nampak sebuah rasa bersalah
di dirinya atas penghargaan yang telah diterima olehnya.
Maka dari itu perlu informasi yang tepat dan akurat untuk menyusun
anggarannya, jangan sampai usulan-usulan yang telah disampaikan oleh
tidak terakomodasi dalam anggaran. Karena itu lokal informasi ialah
salah satu contoh asimetri informasi yang muncul jika bawahan tersebut
memiliki informasi yang tepat dalam proses mengambil keputusan
anggaran.
Yang melatarbelakangi dari dipilihnya variabel komitmen dalam
organisasi ada di penelitian ini, dikarenakan komitmen organisasi
menunjukkan keyakinan dan dari dukungan yang kuat nilai dan tujuan
dalam meraih harapan yang harus dicapai organisasi tersebut. Komitmen
organisasi kuat dalam individu dapat menyebabkan usaha yang keras
dalam mencapai tujuan organisasi yang tepat pada tujuan kepentingan
yang telah direncanakan akhirnya mempunyai kemungkinan terjadinya
kesenjangan dalam anggaran dapat terhindar. Sebagai seorang bawahan
yang memiliki tingkatan komitmen organisasi tinggi, pasti akan
berpandangan positif dan lebih berusaha berbuat yang terbaik demi
kepentingan organisasinya. Dan juga sebaliknya, sebagai individu
berkomitmen rendah lebih mementingkan dirinya sendiri atau mungkin
kelompoknya. Dengan demikian individu tersebut tak memiliki keinginan
atau harapan untuk jadi organisasi yang menuju lebih baik, akhirnya
berkemungkinan terjadinya kesenjangan sebuah anggaran jika individu
itu bakal terlibat didalam penyusunan anggaran.
Bersangkutan atas penelitian dalam komitmen organisasi, menurut Nouri
dan Parker, bahwa naik dan turunnya senjangan anggaran didasarkan pada
tiap individu untuk mendapatkan kepentingan dirinya sendiri atau
justru bekerja di kepentingan kelompoknya sendiri. Menurut mereka,
komitmen tinggi membuat individu jadi peduli nasib organisasi dan
berusaha untuk menjadikan orgainsasi itu menuju yang lebih baik dan
partisipasi anggaran membuka peluang bagi bawahan dapat menciptakan
kesenjangan anggarannya untuk kepentingan kebersamaan jika komitmen
karyawan terhadap organisasi berada pada tingkat yang rendah.
Keputusan manajer dan kebijakan merupakan hasil dari pentingnya
anggaran perusahaan., jadi perlu dilakukannya penelitian atas besarnya
komitmen, penyelaras dan partisipasi pada unit kerja di perusahaan
untuk penyusunan anggaran kepada kesenjangan anggaran.
Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai
perumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah Partisipasi Anggaran mempunyai pengaruh terhadap Senjangan
Anggaran Pada PT. Purnama Indonesia ?
2.
Apakah Keadilan Distributif mempunyai pengaruh terhadap Senjangan
Anggaran Pada PT. Purnama Indonesia ?
3.
Apakah Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap Senjangan
Anggaran Pada PT. Purnama Indonesia ?
4.
Apakah Partisipasi Anggaran, Keadilan Distributif, Komitmen
Organisasi secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Senjangan
Anggaran Pada PT. Purnama Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi anggaran
Anggaran (budget) ialah perencanaan kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif yang didasarkan moneter standar dalam mengartikan tujuan
dan strategi suatu perusahaan pada satuan operasionalnya. Anggaran
mmpunyai dua peranan. Pertama, anggaran dipergunakan untuk
perencanaan, yaitu anggaran itu berisikan ringkasan rencana keuangan
pada organisasi di masa yang akan datang. Kedua, anggaran digunakan
untuk kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai untuk sistem
pengendalian dalam pengukuran kinerja manajerial. Anggaran ialah hal
yang penting di suatu organisasi. Oleh sebab itu, organisasi perlu
memperhatikan dalam proses penyusunan sebuah anggaran agar anggaran
tersebut dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi (Indarto
dan Ayu, 2011:3).
Anggaran ada dua peran yang penting di sebuah organisasi. Pertama,
digunakan untuk pengukuran perencanaan (planning), dan yang ke dua
digunakan untuk pengendalian (control) jangka pendeknya suatu
organisasi. Ada tiga pihak untuk penyusunan anggaran yang terlibat,
yaitu: komitmen anggaran, departemen anggaran dan para manajer pusat
pertanggungjawaban. Berbagai pihak terlibat partisipasi dalam membuat
keputusan agar terjadi pada penyusunan anggaran. Disususnnya anggaran
dengan cara partisipatif diharapkan kinerja manajer beserta bawahannya
akan lebih baik. (Kartika, 2010 : 42)
Partisipasi angggaran diberikan kesempatan pada manajer untuk ikut
menyusun anggarannya pada perusahaan tersebut. Semua tujuan dari
anggaran diinformasikan pada para manajer, yang akan membantu
mengembangangkan anggaran yang dapat memenuhi tujuan tersebut.
Keadilan Distributif
Keadilan distrubutif didefinisikan sebagai kesamaan atau keadilan
berkaitan dengan pendistribusian sumberdaya pada setiap karyawan,
dimana karyawan menerima distribusi sumberdaya untuk mendapatkan
keseimbangan antara masukan dan keluaran. Keadilan distributif
merupakan turunan dari teori ekuitas, dimana teori ini menjelaskan
bahwa seseorang cenderung untuk menilai status sosial mereka dengan
penghasilan seperti rewards dan sumberdaya yang mereka terima (Maria
dan Nahartyo, 2014). Sumberdaya yang dimaksud mencakup masalah
anggaran, penggajian, promosi, maupun pemecatan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa jika
perusahaan atau manajemen memberikan kompensasi yang sesuai dengan
input yang karyawan berikan, karyawan bisa merasakan suatu keadilan
distributif. Hal ini menyatakan bahwa respon sikap serta perilaku
dengan hasil yang terkait pada penghasilan yang didasarkan pada
persepsi tentang keadilan (Maria dan Nahartyo, 2014).
Evaluasi personal berhubungan dengan keluaran yang cenderung positif
pada keadilan distributive, contonya kepuasan terhadap outcomes. Hasil
yang didapat karyawan mempunyai hubungan pada keadilan distributive
melalui organisasi yang berkaitan dengan distribusi keadaan dan barang
yang akan dipengaruhi oleh kesejahteraan individu karyawan. Hasil yang
diterima oleh karyawan tersebut bersifat personal yang diperkirakan
oleh individu untuk menilai keadilan distributif. Maka keadilan
distributif dibanding keadilan prosedural berpengaruh positif lebih
kuat terhadap outcomes personal (Tjahjono, 2014 : 22).
Komitmen Organisasi
Di dalam dunia kerja, akan sering kita jumpai orang yang merasa sangat
dekat dan mencintai pekerjaannya tetapi merasa tidak cocok dengan
organisasi atau perusahaan dimana dia bekerjja. Sebaliknya, banyak
pula kenyataan bahwa seseorang yang merasa tidak cocok terhadap
pekerjaannya tetapi sangat loyal dan memiliki dedikasi yang tinggi
terhadap perusahaan atau organisasinya. Sikap-sikap seperti itu
berhubungan dengan komitmen organisasi yaitu sejauh mana seseorang
mengidentifikasikan dirinya dan melibatkan diri dengan organisasi
serta anggaran untuk meninggalkannya. Dengan demikian penting untuk
menciptakan komitmen karyawan pada organisasi karena merekalah yang
menentukan sebagian besar dari keberhasilan organisasi.
Komitmen organisasi (Novitriami, 2015 : 9) ialah suatu kemauan tiap
individu dalam bersama organisasi untuk memiliki tiga komponen, yaitu:
komponen tentang komitmen afektif (affective commitment), tentang
komitmen berkelanjutan (continuance commitment), dan juga tentang
komitmen normatif (normative commitment). Komitmen afektif (affective
commitment) ialah pendekatan yang dilakukan secara emosional yang
dimiliki karyawan kepada organisasi, dimiliknya identifikasi sebagai
bagian dari organisasi, dan memiliki keterlibatan dengan organisasi
karena adanya nilai-nilai dalam organisasi guna memajukan organisasi.
Komitmen afektif berkembang menurut hal yang bersifat psikologis
dikarnakan terlibatnya sisi afeksinya yaitu kedekatan perasaan yang
dimiliki oleh individu terhadap organisasi tempat individu itu
bekerja. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) ialah sejauh
mana seseorang dalam bekerja memiliki intensi agar tetap bekerja di
organisasinya menurut pertimbangan kerugian yang dialaminya apabila
jika meninggalkan organisasi. Komitmen berkelanjutan terbuat
didasarkan adanya pertimbangan ekonomi dari karyawan kepada
organisasi. Komitmen normatif (normative commitment) ialah sejauhmana
seseorang untuk bekerja merasa bertanggung jawab untuk tetap dan terus
bekerja di organisasinya. Komitmen normatif bersangkutan atas
pengalaman sosial yang telah dimiliki setiap individu sesuai normanya.
Senjangan Anggaran
Di dalam partisipasi anggaran, terdapat tiga masalah yang bersifat
potensial, yang salah satunya adalah senjangan anggaran atau yang
seringkali disebut mengamankan anggaran.
Munculnya senjangan anggaran jika manajer tersebut dengan sengaja
menetapkan terlalu rendah pendapatannya atau menetapkan biaya yang
besar. Tindakan yang telah dilakukan mengakibatkan meningginya
kemungkinan manajer memenuhi anggaran yang dibuatnya, dan menurunkan
resiko yang akan dihadapinya. Dalam pembuatan anggaran yang seperti
ini bisa menyababkan sumberdaya tidak perlu menjadi terikat, padahal
dapat dimanfaatkan secara baik ditempat lain.
Senjangan yang terjadi pada anggaran bisa dihilangkan bila manajemen
puncak mentapkan anggaran dalam beban yang lebih rendah, tapi manfaat
yang didapat dari metode partisipasi diatas biaya yng terkait. Dengan
demikian, manajemen puncak harus memlakukan pemeriksaan kembali atas
anggaran yang diajukan bawahannya secara bersamaan dan memberikan
masukan jika dibutuhkan, supaya jika terjadi slack dianggaran dapat
diminimalkan.
Armaeni (2013: 36) menyatakan budgetary slack ialah proses dalam
penganggaran ditemukan terdapat distorsi secara sengaja dengan
menurunkan pendapatannya yang telah dianggarkannya serta meningkatkan
biaya yang sudah dianggrkan. Terjadinya budgetary slack bawahan lebih
sering meminta anggaran dengan merendahkan pendapatannya dan menaikkan
jumlah biaya dari perkiraan yang terbaik yang diajukan, sehingga
tujuan akan mdah dicapai. Dengan ini masukan dari level bawah harus
dievaluasi dengan berhati-hati dikarenakan adanya tendensi untuk
memasukkan kepentingan pribadinya atau divisi didalam penyiapan
anggarannya. Biaya tersebut cenderung diperbesar karenakan mereka
mengangsumsikan bahwa pada level atas juga akan dipotong dan target
mau dicapai tidak akan sulit (Armaeni, 2013: 34).
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran
Sejauh mana personal lebih mengutamakan dirinya atau bekerja untuk
keperluan organisasinya tersebut yang merupakan aktualisasi di tingkat
komitmen yang dimilikinya itu semua tergantung pada naik dan turunnya
senjangan pada anggaran. Partisipasi saat penyusunan anggaran selain
dapat munculnya senjangan juga mengurangi senjangan. Hal ini
dikarenakan partisipasi anggaran yang dilakukan adalah partisipasi
yang sebenarnya bukan partisipasi semu sehingga dengan adanya
partisipasi terjadi komunikasi yang terbaik antara manajer bawahan
pada atasannya maka keinginan manajemen untuk melakukan senjangan di
anggarannya menurun.(Usman 2012 : 395)
Senjangan anggaran dapat berkurang jika dilakukannya penyusunan
anggaran, maka dengan ini bisa meningkatkan partisipasi pegawai. Jadi
dalam penyusunannya anggaran bisa berpengaruh negatif terhadapt
senjangan anggaran. Dengan berpartisipasi dalam anggaran diharapkan
senjangan anggaran dapat diturunkan, namun harus diwaspadai
partisipasi anggaran yang rendah akan bisa menimbulkan terjadinya
senjangan anggaran dan partisipasi anggaran yang berlebih atau terlalu
tinggi dan mungkin berakibat timbulnya senjangan anggaran dikarenakan
pegawai mempunyai kesempatan besar untuk memasukkan angka-angka yang
mengarah ke senjangan anggaran (Srimuliani, 2014 : 3).
Berdasarkan pada uraian diatas, terdapat dugaan bahwa terjadinya
hubungan antara Partisipasi Anggaran pada senjangan anggaran, maka
diajukannya hipotesis ialah:
H1: Berpengaruh negatif atas partisipasi anggaran pada senjangan
anggaran.
Pengaruh Keadilan Distributif Terhadap Senjangan Anggaran
Pada tingkat atas hingga bawah berpengaruh pada Keadilan distributif,
jadi setiap anggota organisasi akan merasa menerima sumberdaya yang
layak. Jika seorang karyawan mendapatkan sumberdaya yang tidak sesuai
harapan, tidak menutup kemungkinan karyawan tersebut akan melebihkan
anggaran. Keadilan distributif merupakan proporsionalitas yang artinya
karyawan merasa cukup adil dalam menerima anggaran dan telah sesuai
dengan kebutuhan. Dengan distribusi anggaran secara tepat dan adil
yang diberikan kepada setiap karyawan, karyawan merasa anggaran yang
diterima sesuai harapan dan berkeyakinan mampu menggapai tujuan
anggaran sehingga resiko bisa berkurang atas terjadinya senjangan
anggaran. Sebaliknya, jika distribusi anggaran tidak adil dan tidak
sesuai kebutuhan karyawan, maka karyawan akan cenderung melakukan
senjangan demi memenuhi kebutuhan anggaran. (Noviawati dan Utami, 2014
: 1685)
Penelitian Noviawati dan Utami, (2014) menunjukkan bahwa keadilan
distributif dalam proses anggaran dapat meminimalisasi kecenderungan
karyawan untuk melakukan senjangan anggaran, hal ini karena karyawan
berkeyakinan dan percaya bahwa anggaran yang diterima sudah layak
sehingga karyawan berkomitmen akan mencapai target anggaran dengan
baik. Dengan ini menunjukkan bahwa Keadilan distributif mempunyai
pengaruh negatif pada senjangan anggaran.
Berdasarkan pada uraian diatas, terdapat dugaan bahwa terjadinya
hubungan antara Partisipasi Anggaran pada senjangan anggaran, maka
diajukannya hipotesis ialah:
H2 : berpengaruh negatif atas keadilan distributif pada senjangan
anggaran.
Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran
Komitmen organisasi menggambarkan sebagai alat pendorong pada tiap
individu untuk berbuat sesuatu dalam menunjang keberhasilan di suatu
kelompok agar sesuai dengan harapan dan juga meletakkan kepentingan
organisasinya dibanding kepentingan personal. Komitmen diorganisasi
diyakinkan dapat memberi dukungan kuat pada nilai dan sasaran (goal)
yang ingin dicapai oleh organisasi. Bisa tumbuh dikarenakan personal
memiliki ikatan emosional pada organisasi yang mencakup dukungan moral
dan menerima nilai yang berada di dalam organisasi juga tekad pada
diri untuk mengabdi pada organisasi.(Kartika,2010 : 42)
Tingginya komitmen yang dimiliki karyawan tentang anggaran bisa
dipergunakan karyawan tersebut untuk menghadapi tujuan organisasi,
sehingga perusahaan akan cenderung rendah untuk mengakibatkan
budgetary slack. Karyawan yang memiliki komitmen rendah bisa
digunakannya anggaran untuk mengejar kepentingan personal, sehingga
perusahaan akan memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam ciptakan
budgetary slack. (Srimuliani, 2014 : 4).
Resti Sugiwardani (2012) menyatakan komitmen organisasi mempunyai
pengaruh negatif dan bersignifikan pada budgetary slack. Berdasarkan
pada uraian diatas, terdapat dugaan bahwa terjadinya hubungan antara
komitmen organisasi pada senjangan anggaran, maka diajukannya
hipotesis ialah:
H3: berpengaruh negatif atas Komitmen organisasi pada senjangan
anggaran.
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis yaitu :
1.
Partisipasi Anggaran mempunyai pengaruh negatif pada Senjangan
Anggaran PT. Purnama Indonesia.
2.
Keadilan Distributif mempunyai pengaruh negatif pada Senjangan
Anggaran PT. Purnama Indonesia.
3.
Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh negatif pada Senjangan
AnggaranPT. Purnama Indonesia.
4.
Partisipasi Anggaran, Keadilan Distributif, dan Komitmen
Organisasi secara bersamaan mempuyai pengaruh negatif pada
Senjangan Anggaran di PT. Purnama Indonesia.
METODE PENELITIAN
=================
Pendekatan Penelitian
---------------------
Jenis pendekatan yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam
penelitan ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012 : 38)
penelitian yang menyoroti hubungan variabel – variabel penelitian ini
dan menguji hipotesa yang sudah di rumuskan sebelumnya. Maka dari itu
pengujian ini disebut pula testing research. Dasar utama dalam
pemilihan penelitian ini yaitu untuk menguji hipotesa yang sudah
digunakan sebelumnya dengan menggunakan uji hipotesis tersebut
diharapkan dapat memberikan pandangan mengenai pengaruh Partisipasi
Anggaran, Keadilan dan Komitmen Organisasi pada Senjangan Anggaran.
Populasi
Menurut Sekaran Uma (2011:143) “populasi ialah gabungan semua elemen
dalam populasi dimana sampel itu diambil”. Populasi dalam penelitian
ini adalah Kepala Bagian dan Asisten yang ikut andil dan berperan
penting dalam pengambilan keputusan, yang dijelaskan sebagai berikut :
No.
Kantor
Populasi
1
PT. Purnama Indonesia
24
2
PT. Indotama Putra Perkasa
10
3
PT. Multi Energy Nusantara
10
Total
44
Sampel
Menurut Sekaran uma(2011:123) sampel yaitu sebagian dari populasi.
Sampel terdiri dari suatu jumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Bisa disebut juga, sejumlah, tetapi tidak semua, elemen populasi yang
akan membentuk sampel. Dalam melakukan penarikan sampel, digunakan
metode “Simple Random Sampling” yaitu teknik penarikan sampel dimana
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik
dijadikan sampel, lalu tiap anggota diberikan nomor, selanjutnya
sampel ditarik secara random dengan mempergunakan undian atau tabel
bilangan random. Agar jumlah sampel bisa mewakili jumlah populasi yang
ada, maka dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n =
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran pada populasi.
e = persentase kelonggaran dengan tingkat kesalahan 5%.
Maka sampel yang di ambil yaitu :
n =
=
=
= = 39.168 = 39
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan uraian yang ada diatas, maka variabel-variabel yang
dipergunakan dalam penelitian ini ialah :
a.
Partisipasi Anggaran (X1) : variabel bebas.
b.
Keadilan Distributif (X2) : variabel bebas.
c.
Komitmen Organisasi (X3) : variabel bebas.
d.
Senjangan Anggaran (Y) : variabel terikat.
a.
Partisipasi Anggaran (X1)
Pencapaian target yang di tempuh manajer didefinisikan dalam
keikutsertaan manajer operasional untuk memutuskan bersamaan dengan
komite anggaran di rangkaian pada suatu kegiatan dimasa depan.
Pengukuran variabel ini memakai instrument yang sudah di kembangkan
Tresnanty (2015 : 246) dengan enam pertanyaan, ialah :
a.
Pendapat atas penyusunan anggaran
b.
Keterlibatan pada penyusunan anggaran,
c.
Frekuensi saran yang ada di anggaran,
d.
Banyaknya pengaruh yang telah diberikan,
e.
Pentingnya suatu kontribusi,
f.
Frekuensi pendapat yang diberikan
b.
Keadilan Distributif(X2)
Keadilan distrubutif didefinisikan sebagai kesamaan atau keadilan
berkaitan dengan pendistribusian sumberdaya pada setiap karyawan,
dimana karyawan menerima distribusi kemampuan dalam mendapatkan
keseimbangan di masukan dan keluaran. Dijelasakan dikeadilan
distributif bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk menilai
status sosial mereka dengan penghasilan seperti rewards dan sumberdaya
yang mereka terima (Noviawati dan Utami, 2014). Yang mencakup :
a.
Gaji atau upah.
b.
Reward atau hadiah.
c.
Jadwal masuk kerja.
d.
Beban kerja pada karyawan.
e.
Tanggung jawab pada pekerjaaan.
c.
Komitmen Organisasi (X3)
Didefinisikan menjadi identifikasi juga keterlibatan karyawan pada
organisasi yang akan ditunjukkan karyawan dengan sikap terhadap
organisasi. Semakin tingginya komitmen di organisasi maka semakin
dekat pula identifikasi karyawan dengan organisasinya. Instrumen yang
telah mengukur variabel dikembangkan Triana (2012 : 52) dengan 3 item
pertanyaan,
a.
Kesesuaian nilai perusahaan dengan nilai karyawan
b.
Kebersediaan karyawan untuk berusaha
c.
Kebanggaan terhadap perusahaan
d.
Senjangan Anggaran (Y)
Didefinisikan sebagai suatu anggaran yang mempunyai perkiraan bias dan
dapat mengurangi efektifitas anggaran didalam perencanaan dan
pengendalian dalam organisasi. Instrument ini di gunakan untuk
mengukur variabel dikembangkan oleh Tresnanty (2015 : 246) dengan 5
item pertanyaan. Standar pada anggaran.
a.
Pelaksanaan pada anggaran.
b.
Adanya keterbatasan pada anggaran.
c.
Target pada anggaran yang ketat.
d.
Tingkat efisiensi pada anggaran.
Teknik Pengukuran Variabel
Pada penelitian yang saya pakai yaitu skala pengukuran Likert.
Sugiyono (2010: 93), skala likert dipakai untuk pengukuran sikap,
pendapat dari seseorang terhadap fenomena yang ada pada sosial. Dalam
penggunaan skala Likert, sebuah variabel bakal diukur dan dijabarkan
akhirnya menjadi indikator variabel. Kemudian indikator bisa
dipergunakan sebagai titik tolak ukur untuk penyusunan item-item yang
ada pada instrumen berupa pernyataan maupun pertanyaan. Jawaban dari
setiap item instrumen yang dipakai skala Likert memiliki gradasi dari
sangat positif sampai dengan paling negatif, yang berupa sebuah
kata-kata. Bagi keperluan analisis kuantitatif, maka sebuah jawaban
dapat diberi skor sebagai berikut:
a.
Sangat setuju; diberi skor 5
b.
Setuju; diberi skor 4
c.
Netral; diberi skor 3
d.
Tidak setuju; diberi skor 2
e.
Sangat tidak setuju; diberi skor 1
Teknik Analisis
Sesuai dengan tujuan dari hipotesis penelitian yang dikemukakan maka
data yang diperoleh disusun kembali, dikelompokkan dan diolah dengan
menggunakan analisis dengan regresi linier berganda.
Prosedur untuk uji hipotesis menggunakan persamaan regresi linier.
Model pada regresi linier berganda disimpulkan seperti ini :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y : Senjangan Anggaran
a : Konstanta
X1 : Partisipasi Anggaran
X2 : Keadilan Distributif
X3 : Komitmen Organisasi
b1,b2,b3 : Koefisien regresi
e : Variabel tak terkontrol
Uji Validitas
Validitas merupakan sebuah ukuran yang bakal menunjukkan tingkatan
keabsahan dan kevalidan suatu alat ukur dalam instrumen penelitian.
Seberapa baik suatu instrumen yang dipakai untuk mengukur konsep
tertentu yang bakal diukur (Sekaran, 2011:42). Alat pengukur yang
dianggap valid pastinya mempunyai validitas yang tinggi, dan pula
sebaliknya.
Apabila sebuah korelasi pada skor total dengan skor masing – masing
pertanyaan signifikan maka bisa dikatakan alat pengukur itu mempunyai
tingkat validitas (Sekaran, 2011:42). Dasar atas diambilnya sebuah
keputusan yaitu seperti ini :
*
Jika nilai r hasil positif ( + ), r hasil > r tabel, maka variabel
dianggap valid.
*
Jika nilai r hasil negatif ( - ), r hasil < r tabel, maka variabel
dianggap tak valid.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah sebuah indeks yang dapat menunjukkan sejauh mana
pengukuran tanpa perlu bias (bebas kesalahan) dan karena itu
penjaminan pengukuran yang konsisten waktu dan beragam item didalam
suatu instrumen (Sekaran, 2011:40).
SPSS memberikan fasilitas pengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbrach Alpha, dinyatakan nilai  yang dapat dikatakan reliabel
apabila nilai Cronbrach Alpha > (lebih besar darii) 0,60 (Sekaran,
2011 :41).
Uji Normalitas
Uji normalitas layak dipergunakan untuk mengerti suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak normal, dilakukan berbagai metode
diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk,
dengan mempergunakan program SPSS 10.0 (Sumarsono, 2002 : 40).
Dalam pedoman pengambilan keputusan apakah sebuah data mengalami
distribusi normal atau tidak normal adalah :
*
Nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih kecil dari ( < 5%),
maka distribusi yang didapat tidak normal.
*
Nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih besar dari ( > 5%),
maka distribusi yang didapat normal.
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat dipergunakan untuk bisa memberikan gambaran
mengenai distribusi dan perilaku data yang menjadi sampel penelitian
(Ghozali, 2013:65). Pada penelitian saya ini pengujian statistic
deskriptif meliputi seperti mean, standar deviasi, nilai maksimum, dan
minimum. Mean yaitu nilai rata-rata hitung, standar deviasi itu
penglihatan pada penyebaran atau keberagaman data dan nilai maksimum
menunjukkan nilai data yang terbesar dan nilai minimum untuk
menunjukkan nilai data yang terkecil.
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas yaitu terhadap
variabel terikat, maka digunakan uji F.
1. Uji Kecocokan Model (Uji F)
Uji ini dipergunakan untuk mengetahui kecocokan model variabel bebas
terhadap variabel terikatnya, yaitu dengan rumus :

Keterangan:
Fhitung : F hasil perhitungan
R2 : Koefisiensi determinasi
k : Jumlah dari variabel independent
n : Jumlah dari sampel
a.
Nilai Kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan () 5% =
0,05
b.
Pengujian uji F dengan kriteria sebagai berikut :
1.
Apabila nilai dari probabilitas kurang dari 0,05 atau (< 0,05)
jadi Ho ditolak, Hi diterima.
2.
Apabila nilai dari probabilitas lebih dari 0,05 atau (> 0,05) jadi
Ho diterima, Hi ditolak.
2. Uji t
Uji ini dipergunakan untuk mengetahui nilai signifikansi atas pengaruh
yang terjadi pada variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dengan
digunakannya rumus :
thitung =
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan
bi : koefisien regresi
se : standar error
a.
Tingkat signifikan 5% = 0,05
b.
Kriteria dalam pengujian :
a.
Apabila nilai dari probabilitas kurang dari 0,05 atau (< 0,05)
jadi Ho ditolak, Hi diterima.
b.
Apabila nilai dari probabilitas lebih dari 0,05 atau (> 0,05) jadi
Ho diterima, Hi ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
===============================
Hasil Penelitian
1.
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Identitas ini diajukan pada responden yang didasarkannya pada Jenis
Kelamin pada Tabel 4.1. Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 39
responden 34 responden (75%) adalah laki-laki, 5 responden (25%)
perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki-Laki
34
75
Perempuan
5
25
Total
39
100
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
2.
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Menurut hasil atas penyebaran kuesioner yang diberikan kerpada 39
responden maka diperoleh hasil yang didasarkan pada pendidikan ialah :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasar Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SMU
5
13
2
D3
18
46
3
S1
16
41
Total
39
100
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden terbesar adalah
berpendidikan SMU sebanyak 40 orang (43%), selanjutnya responden yang
berpendidikan D3 sebanyak sejumlah 24 orang (34%), selanjutnya
responden S1 sejumlah 16 orang (23%).
Pengujian Kualitas Data
Uji Validitas (Validity test)
Dilakukannya uji vavaliditas agar diketahuinya bahwa sejauhmana
pengukuran ini (kuesioner) dapat mengukur penelitan. Valid dan
tidaknya alat ini diharapkan dapat menguji korelasi antar skor yang
telah didapat di setiap pertanyaan atas total skor yang didapat di
hasil penjumlahan smua skor pertanyaan.
Apabila sebuah korelasi pada skor total dengan skor masing – masing
pertanyaan signifikan maka bisa dikatakan alat pengukur itu mempunyai
tingkat validitas (Sekaran, 2011:42). Dasar atas diambilnya sebuah
keputusan yaitu seperti ini :
*
Jika nilai r hasil positif ( + ), r hasil > r tabel, maka variabel
dianggap valid.
*
Jika nilai r hasil negatif ( - ), r hasil < r tabel, maka variabel
dianggap tak valid.
Berikut tabel pada Koefisien korelasi masing-masing pertanyaan dari
Variabel X1 (Partisipasi Penyusunan Anggaran) yang menunjukkan nilai
validitas dari pertanyaan yang bersangkutan, ialah :
Tabel 4.3. Validitas pertanyaan dari Variabel X1 (Partisipasi
Penyusunan Anggaran)
Item
----
r hasil
r tabel
Keterangan
X1.1
0.810
0.30
Valid
X1.2
0.795
0.30
Valid
X1.3
0.741
0.30
Valid
X1.4
0.741
0.30
Valid
X1.5
0.367
0.30
Valid
X1.6
0.329
0.30
Valid
Sumber : Lampiran
Table berikut merupakan Koefisien korelasi masing-masing pertanyaan
dari Variabel X2 (Keadilan Distributif) yang menunjukkan nilai
validitas dari pertanyaan yang bersangkutan, ialah :
Tabel 4.4. Validitas pertanyaan dari Variabel X2 (Keadilan
Distributif)
Item
----
r hasil
r tabel
Keterangan
X2.1
0.797
0.30
Valid
X2.2
0.824
0.30
Valid
X2.3
0.822
0.30
Valid
X2.4
0.822
0.30
Valid
X2.5
0.358
0.30
Valid
Sumber : Lampiran
Table berikut merupakan Koefisien korelasi masing-masing pertanyaan
dari Variabel X3 (Komitmen Organisasi) yang menunjukkan nilai
validitas dari pertanyaan yang bersangkutan, ialah :
Tabel 4.5. Validitas pertanyaan dari Variabel X3 (Komitmen Organisasi)
Item
----
0r hasil
r tabel
Keterangan
X3.1
0.626
0.30
Valid
X3.2
0.807
0.30
Valid
X3.3
0.766
0.30
Valid
Sumber : Lampiran
Pada tabel berikut merupakan Koefisien korelasi masing-masing
pertanyaan dari Variabel Y (Senjangan Anggaran) yang menunjukkan nilai
validitas dari pertanyaan yang bersangkutan, ialah :
Tabel 4.6. Validitas pertanyaan dari Variabel Y (Senjangan Anggaran)
Item
----
r hasil
r tabel
Keterangan
Y1
0.776
0.30
Valid
Y2
0.393
0.30
Valid
Y3
0.709
0.30
Valid
Y4
0.639
0.30
Valid
Y5
0.776
0.30
Valid
Sumber : Lampiran
Berdasarkan pengolahan data diatas maka Nampak bahwa korelasi disetiap
masing-masing skor pertanyaan terhadap total skor pada butirbutir
pertanyaan dapat diketahui hasil signifikan, yaitu diperolehnya nilai
r lebih besar atas r tabel. Maka dengan ini bisa diberi kesimpulan
bahwa keseluruhan butir pertanyaan pada penelitian ini adalah Valid.
Uji Reliabilitas Data
Dipergunakannya uji reabilitas ini agar dapat mengetahui apakah
jawaban yang sudah diberikan responden bisa dipercaya dan diandalkan.
Kuesioner bisa dikatakan reliabel apabila jawaban dari responden atas
pertanyaan ialah konsisten atau juga stabil dari waktu ke waktu. SPSS
memberikan fasilitas pengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbrach Alpha, dinyatakan nilai  yang dapat dikatakan reliabel
apabila nilai Cronbrach Alpha > (lebih besar darii) 0,60 (Ghozali,
2011 : 133).
Tabel 4.7. Reliabilitas Data Masing-masing Variabel
Variabel
--------
Nilai
cronbach alpha
Keterangan
X1
0,768
Reliabel
X2
0,798
Reliabel
X3
0,835
Reliabel
Y
0,786
Reliabel
Sumber : Lampiran
Dari hasil pengujian yang berada diatas, dimana diperolehnya nilai
dari cronbach alpha, yang lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2011 : 133).
Ini menunjukkan bahwa dari semua instrumen telah reliabel, sehingga
dari jawaban yang diberikan oleh responden dapat dipercaya.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas layak dipergunakan untuk mengerti suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak normal, dilakukan berbagai metode
diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk,
dengan mempergunakan program SPSS 10.0 (Sumarsono, 2002 : 40).
Dalam pedoman pengambilan keputusan apakah sebuah data mengalami
distribusi normal atau tidak normal adalah :
*
Nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih kecil dari ( < 5%),
maka distribusi yang didapat tidak normal.
*
Nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih besar dari ( > 5%),
maka distribusi yang didapat normal.
Tabel 4.8 Normalitas Data Masing-masing Variabel
Variabel
Kolmogrov Smirnov
p-Value
Sig
Status
Unstandardized Residual
0.877
0.426
P > 0.05
Normal
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Dari tabel yang berada diatas, dapat terlihat nilai probabilitas
setiap variabel 0.426, lebih besar dari 0,05 ( > 0,05) jadi diambil
kesimpulan atas nilai distribusi dari suatu data ialah mengikuti pola
distribusi normal.
Analisis Regresi Linier Berganda
Penentuan Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel berikut merupakan hasil dari pengolahan analisis regresi
berganda :
Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel
Koefisien
t Hitung
P value
Konstanta
0.348
Partisipasi Anggaran
0.920
7.108
0.000
Keadilan Distributif
-0.843
-6.142
0.000
Komitmen Organisasi
1.186
17.774
0.000
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0.348 + 0.920 X1 - 0.843 X2 + 1.186 X3 + e
Dari persamaan yang berada diatas maka dijelaskan sebagai berikut :
a.
Konstanta (β0) sebesar 0.348 menunjukkan bahwa apabila variabel
independen bernilai 0 (nol), maka Senjangan Anggaran benilai
0.348.
b.
Koefisien regresi (β1) ini merupakan Partisipasi Penyusunan
Anggaran sejumlah 0.920 menunjukkan bahwa apabila Partisipasi
Penyusunan Anggaran meningkat satu satuan, maka nilai Senjangan
Anggaran akan meningkat sebesar 0.920.
c.
Koefisien regresi (β2) untuk Keadilan Distributif sebesar -0,843
menunjukkan bahwa apabila Keadilan Distributif meningkat satu
satuan maka nilai Senjangan Anggaran akan menurun sejumlah 0,843.
d.
Koefisien regresi (β3) untuk Komitmen Organisasi sebesar 1.186
menunjukkan bahwa apabila Komitmen Organisasi meningkat satu
satuan maka nilai Senjangan Anggaran akan menurun sebesar 1.186.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R-square) menunjukkan presentase seberapa besarnya
pengaruh yang terjadi di variabel bebas pada perubahan variabel
terikatnya. Maka didapat hasil dari nilai determinasi (R2) yaitu :
Tabel 4.10 Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.977a
.954
.950
.604
a. Predictors: (Constant), Komitmen Organisasi, Keadilan Distributif,
Partisipasi Anggaran
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas koefisien determinasi dilihat dari nilai R
Square adalah sebesar 95.4%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 95.4%
variabel senjangan anggaran dapat dijelaskkan oleh variael partisipasi
penyusunan anggaran, keadilan distributif dan komitmen organisasi.
Sedangkan yang dipengaruhi lain sbesar 4,6%.
Uji Hipoteis
Uji F ini dipergunakan untuk menguji kcocokan pada model regresi yang
telah dihasilkan. Uji t dipergunakan untuk menguji pengaruh pada
masing – masing variabel X1, X2 dan X3 ( variabel bebas) kepada Y
(variabel terikat). Maka didapat hasil uji F dan t tersebut yaitu :
Tabel 4.11 : Hasil Uji F
Variabel
F Hitung
P value
Signifikansi
Interpretasi
Partisipasi Penyusunan Anggaran, Keadilan Distributif, Komitmen
Organisasi
243.510
0.000
P < 0,05
Signifikan
Berdasarkan uji F di atas menunjukkan Fhitung sebesar 243.510 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05
(sig < 5%), berarti Partisipasi Penyusunan Anggaran, Keadilan
Distributif, komitmen organisasi dan berpengaruh terhadap Senjangan
Anggaran , sehingga model regresi yang diperoleh ialah cocok atau
sesuai dalam menerangkan Senjangan Anggaran .
Sedangkan untuk pengujian secara parsial (uji t) hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12: Hasil Uji t
Variabel
t Hitung
P value
Signifikansi
Interpretasi
Partisipasi Anggaran
7.108
0.000
P < 0,05
Signifikan
Keadilan Distributif
-6.142
0.000
P < 0,05
Signifikan
Komitmen Organisasi
17.774
0.000
P < 0,05
Signifikan
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :
1. Nilai thitung pada variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran sebesar
-7.108 tingkat signifikan sebesar 0.000. Karena tingkat signifikan di
variabel ini lebih kecil dari 5% (sig < 5%). Berarti variabel
Partisipasi Penyusunan Anggaran secara parsial mempengaruhi Senjangan
Anggaran .
2. Nilai thitung pada variabel Keadilan Distributif sebesar -6.142
tingkat signifikan sebesa 0,000. Karena di variabel ini lebih kecil
dri 5% (sig < 5%). Berarti variabel Keadilan Distributif secara
parsial mempengaruhi Senjangan Anggaran .
3. Nilai thitung pada variabel Komitmen Organisasi sebesar 17.774
tingkat signifikan sebesa 0,000. Karena tingkat signifikan pada
variable ini (sig < 5%). Berarti variabel Komitemen Organisasi secara
parsial mempengaruhi Senjangan Anggaran .
Pembahasan Hasil Penelitian
Dilihat dari hasil penelitian ini bahwa partisipasi anggaran, keadilan
distributif dan komitmen organisasi mempengaruhi Senjangan Anggaran
sebesar 95.4%. Hasil ini menunjukkan bahwa karyawan tidak akan
melebihkan aggaran karena atasan mereka sudah memberikan distribusi
anggaran yang baik serta proposionalitas anggaran yang sama, sehingga
karyawan mendapatkan keadilan pada dirinya. Dengan keadilan
distributif karyawan akan bekerja dengan sebaik-baiknya, mampu
mencapai tujuan perusahaan tanpa melakukan senjangan anggaran, dan
dapat dihindari kemungkinan akan terjadinya senjangan anggaran dengan
komitmen yang tinggi. Sebaliknya, komitmen terhadap organisasional
yang cukup rendah cenderung untuk tak memberikan informasi khusus yang
telah dimiliki kepada atasannya, sehingga dapat menjadikan munculnya
tindakan untuk melakukan senjangann pada anggaran.
Bagi individu (karyawan) yang mempunyai komitmen tinggi, pencapaian
terhadap organisasi menjadi hal yang sangat penting baginya.
Sebaliknya, individu atau karyawan dengan komitmen yang rendah maka
dalam pencapaian organisasinya akan menjadi rendah dan cenderung akan
memilih atau memenuhi kepentingan pribadinya. Individu atau karyawan
dengan komitmen tinggi, akhirnya mereka jadi peduli terhadap nasib
organisasi dan pastinya bakal berusaha menjadikan organisasi menuju
kearah yang lebih baik, sehingga berkemungkinan terhindarnya senjangan
anggaran bisa terjadi.
Dari hasil penelitian saya ini telah menunjukkan bahwa Partisipasi
Anggaran berpengaruh positif terhadap Senjangan Anggaran, dikarena
nilai signifikan sebesar 0,000 atau dibawah dari 5% (signifikansi <
5%) dan dengan nilai t hitung yang sebesar 7,108 (positif). Hal ini
telah menyatakan bahwa partisipasi sebuah anggaran yang cukup tinggi
bahkan lebih cenderung untuk tak memberi informasi khusus yang mereka
punya kepada perusahaannya, maka Senjangan pada Anggaran bakal tetap
meningkat. Partisipasi yang semula diharapkan akan mempertinggi
kinerja karena dengan harapan akan memacu semangat untuk
bersungguh-sungguh mencapai tujuan karena telah menetapkan standarnya
sendiri ternyata justru dimanfaatkan untuk menciptakan Senjangan
Anggaran agar anggaran lebih mudah dicapai sehingga diharapkan
pencapaian tersebut akan mempertinggi penilaian kinerjanya. Semakin
tinggi partisipasi yang diberikan kepada bawahan, bawahan akan
cenderung berusaha agar anggaran yang telah mereka susun mudah
dicapai, salah satu cara yang digunakan adalah dengan melonggarkan
anggaran atau menciptakan slack atau senjangan anggaran. Partisipasi
yang semulanya diharapkan untuk mempertinggi pada kinerja, dengan
harapan mendorong semangat untuk lebih bersungguh-sungguh dalam
mencapai sebuah tujuan karena telah ditetapkannya standar sendiri
ternyata justru dimanfaatkan untuk menjadikan Senjangan Anggaran agar
lebih mudah dicapai. Diharapkan pencapaian tersebut akan mempertinggi
penilaian terhadap kinerjanya. Partisipasi yang semakin tinggi telah
diberikan kepada bawahan, akan mendorong usaha karyawan agar anggaran
yang telah mereka susun dapat dicapainya dengan mudah, cara yang
digunakan mungkin dengan melebarkan anggaran atau menciptakan slack
atau senjangan anggaran. Anggaran yang yang secara partisipatif bisa
diharapkan dapat meningkatkan senjangan anggaran manajemen tersebut,
yaitu ketika suatu tujuan yang dirancang dan secar partisipasi dapat
disetujui, maka dari itu karyawan akan menginternalisasikan tujuannya
yang sudah ditetapkan sehingga mempunyai rasa tanggung jawab atas
pribadinya sendiri untuk mencapainnya, dikarenakan para karyawan ikut
terlibat pada penyusunan anggaran yang dibuatnya. Untuk memanfaatkan
keinginan dan kemampuan kerja bawahan mereka yang merupakan bawahan
sejak lahir, para manajer hendaknya memberikan suatu iklim yang
kondusif bagi perkembangan karyawannya. Maka itu, manajemen
partisipatif ialahmodel ideal. Ini semua sesuai dengan teori Thoa,
(1992:241) yang menyatakan bahwa untuk memanfaatkan keinginan dan
kemampuan kerja bawahan mereka yang merupakan bawahan sejak lahir,
para manajer hendaknya memberikan suatu iklim yang kondusif bagi
perkembangan pribadi. Dalam hal ini, manajemen partisipatif adalah
model ideal.semakin banyak seseorang dalam melakukan aktivitas yang
dilakukan orang lain maka semakin beragam interaksinya dan juga
semakin sentimen para karyawan tersebut. Banyanya interaksi yang
dilakukan orang-orang maka semakin tinggi aktivitasnya atas sentimen
yang ditularkan orang lain, sehingga semakin banya kemungkinan yang
terjadi akibat ditularkannya aktvitas dan interaksinya.
Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa keadilan distributif
berpengaruh terhadap Selisih pada Anggaran, karena nilai signifikan
sebesar 0,000 lebih kecil dari 5% (sig < 5%) dengan nilai thitung
sebesar -6.142 (negative). Hasil ini menunjukkan bahwa keadilan
distributif yang tinggi dalam proses anggaran dapat menurunkan
kecenderungan karyawan untuk melakukan senjangan anggaran, hal ini
karena karyawan berkeyakinan dan percaya bahwa gaji yang diterima
sudah layak dan adanya pemberian reward bagi karyawan yang berprestasi
sehingga karyawan berkomitmen untuk menggapai target anggaran dengan
baik, sehingga akan menurunkan senjangan anggaran. Hasil ini mendukung
pendapat dari Noviawati dan Utami (2014) yang menyatakan bahwa
keadilan distributif mengarah pada keadilan dari tingkat atas sampai
bawah, sehingga setiap anggota organisasi merasa menerima sumberdaya
yang layak. Jika seorang karyawan mendapatkan sumberdaya yang tidak
sesuai harapan, tidak menutup kemungkinan karyawan tersebut akan
melebihkan anggaran. Keadilan distributif merupakan proporsionalitas
yang artinya karyawan merasa cukup adil dalam menerima anggaran dan
telah sesuai dengan kebutuhan. Dengan distribusi anggaran secara tepat
dan adil yang diberikan kepada setiap karyawan, karyawan merasa
anggaran yang diterima sesuai harapan dan berkeyakinan mampu mencapai
tujuan anggaran sehingga resiko yang terjadinya selisih anggaran dapat
berkurang. Sebaliknya, jika distribusi anggaran tidak adil dan tidak
sesuai kebutuhan karyawan, maka karyawan akan cenderung melakukan
senjangan demi memenuhi kebutuhan anggaran.
Berdasarkan uji secara parsial, diperoleh hasil bahwa komitmen
organisasi berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran pada Perusahaan,
karena nilai signifikan sebesar 0,000 < 5% dengan Nilai thitung 17.774
(positif). Hasil menyatakan bahwa adanya komitmen organisasi yang
tinggi berimplikasi timbulya senjangan anggaran, berarti bahwa pada
saat karyawan membanggakan organisasi atau tempat mereka berkerja,
belum tentu mampu menjadikan individu bersungguh-sungguh dalam
mencapai tujuan organisasi dan lebih mengutamakan kepentingan
organisasi daripada kepentingan pribadi terutama proses menyusun
anggaran. Mereka hanya ikut berpartisipasi tetapi minim kontribusi.
Hal inilah yang membuat masih terjadinya selisih anggaran. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Soemarno (2005) Ahmad dan Fatima (2008) yang menjelaskan bahwa
komitmen organisasi dalam proses menyusun anggaran memungkinkan
karyawan menjadi lebih sejalan dengan tujuan organisasi. Kemudian
tujuan dan nilai organisasi dapat meningkatkan komitmen organisasi.
PENUTUP
Saran
Setelah dijelaskan beberapa kesimpulan diatas maka dapat diberikan
beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Pada hasil penelitian ini, perusahaan sebaiknya mengarahkan untuk
mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pekerjaan dengan
efisien.
2.
Agar termotivasi perusahaan harus memperhatikan prestasi yang
telah dicapai oleh masing-masing koordinator bidang dengan
memberikan penghargaan sesuai dengan prestasi yang telah dicapai
seperti : kenaikan gaji, promosi, tunjangan dan bonus.
3.
Sebagai bahan pertimbangan untuk penindaklanjutan penelitian ini,
mungkin dapat dilaksanakan suatu penelitian yang menggunakan
variabel-variabel lain yang belum termuat dalam penelitian ini
yang diduga memiliki kaitan dengan Senjangan Anggaran .
DAFTAR PUSTAKA
Apriyandi.2011. Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Hubungan Antara
Anggaran Partisipatif Dengan Budgetary Slack. Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanudin Arfan
Armaeni. 2012. Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi
Asimetri Dan Penekanan Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary
Slack) (Studi Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Pinrang). Skripsi.
Jurusan akuntansi Fakultas ekonomi Universitas hasanuddin Makassar
Basri. 2011. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran
Dengan Asimetri Informasi Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Jurusan
akuntansi Fakultas ekonomi Universitas hasanuddin Makassar
Ghozali, I. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM.
SPSS 19 (edisi kelima.) Semarang: Universitas Diponegoro
Indriantoro, Nur dan Bambang S. 2011. “Metodelogi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi Dan Manajemen”. Yogyakarta: BPFE.
Kadaruddin, Rahman K, Ria M. Y, 2012, Pengaruh Keadilan Distributif,
Keadilan Prosedural Dan Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan
Kepuasan Pegawai Pajak Di Kota Makassar, Jurnal Manajemen dan
Keuangan, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin
Kartika, A., 2010, Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Ketidakpastian
Lingkungan Dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan
Anggaran (Studi Empirik Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Semarang) The
Effect of Organizational Commitment and Uncertainty Environment on The
Relationship Between Budget Participation, Kajian Akuntansi, Pebruari
2010, Hal: 39 – 60
Latif, Ria A., 2013, Pengaruh Informasi Asimetriterhadap Budgetary
Slack Pada Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow Utara, Jurnal Akuntansi
Universitas Negeri Gorontalo
Maria dan Nahartyo, E. 2014. Influence of Fairness Perception and
Trust on Budgetary Slack: Study Experiment on Participatory Budgeting
Context. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Banjarmasin
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Cetakan 6. Bogor: Penerbit Ghalia.
Ni Luh N. 2014, Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Komitmen
Organisasi, Dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Senjangan Anggaran,
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3 (2014)
Noviawati, Ika dan Utami, I., 2014, Pengaruh Locus Of Control,
Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, Dan Kepercayaan Terhadap
Senjangan Anggaran, Economics & Business Research Festival
Sekaran, U. 2011. Research Methods for business Edisi I and 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Srimuliani, Ni Luh, 2014, Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen
Organisasi Dan Job Relevant Information Terhadap Senjangan Anggaran
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten
Buleleng), e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Sugiyono.2012.Metode Penelitian: Untuk Skripsi & Tesis Bisnis.Edisi
Baru Cetakan ketujuh.PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Tjahjono, H. K., 2012, Studi Literatur Pengaruh Keadilan Distributif
dan Keadilan Prosedural Pada Konsekuensinya Dengan Teknik Meta
Analisis Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Volume 35, no. 1, 21 – 40
Tresnanty, A., 2015 Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap
Senjangan Anggaran Dengan Kepercayaan Manajerial Sebagai Variabel
Intervening, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13.3 (2015)
Triana, M., 2012 , Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, Dan
Locus Of Control Terhadap Slack Anggaran (Survei Pada Hotel Berbintang
di Kota Jambi), e-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, September 2012
Usman, E., 2012, Analisis Budaya Organisasi Dan Asimetri Informasi
Dalam Senjangan Anggaran, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3,
Nomor 3, Desember 2012
Widyaningsih, A., 2011, Moderasi Gaya Kepemimpinan Atas Pengaruh
Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack (The Influence of Budget
Participation Toward Budgetary Slack with Serves as Moderating
Variables by Leadership Style), Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 1 Juni 2011 :
1 – 18
2

  • D IBUJA LAS CARAS DE LOS NIÑOS CON EMOCIONES
  • (HOJA MEMBRETADA DEL DEPARTAMENTO) DISPENSA DE PROMEDIO PARA LA
  • SMART GROWTH SCREENING TOOL (OCTOBER 2012) PIN SMART GROWTH
  • BIL 641 TYP GENERAL BILL GB INB SENATE IND
  • WNIOSEK O UDZIELENIE ZEZWOLENIA NA PROWADZENIE DZIAŁALNOŚCI W ZAKRESIE
  • University of Nigeria Nsukka University of Nigeria Electoral Commission
  • EMOCIONES Y SALUD RESUMEN LA SALUD DEL HOMBRE
  • PERFORMANCE OF BT COTTON CULTIVATION IN KARNATAKA REPORT OF
  • ROMÂNIA JUDEȚUL CLUJ COMUNA LUNA CONSILIUL LOCAL LUNA
  • 7 CURRICULUM VITAE NAME YÜCEL VURAL TITLE ASSOC PROF
  • WARSZAWA DNIA   R DO SĄDU REJONOWEGO 
  • PREFIJOS Y SUFIJOS EXPLICACIÓN Y LISTAS HTTPWWWCULTURA10COMSUFIJOSYPREFIJOSC2BFQUESON HTTPWWWPROFESORENLINEACLCASTELLANOPREFIJOSHTM HTTPWWWCULTURAGENERALNETPREFIJOSSUFIJOS
  • 3 WARSZAWA DNIA 12 SIERPNIA 2021 R
  • 50 WAYS TO A BETTER ATHLETIC EXPERIENCE AT MASCONOMET
  • PROCUREMENT GUIDANCE NOTES – INTRODUCTION TO PROCUREMENT INTRODUCTION TO
  • HOMESCHOOLED STUDENTS A PPLICATION FOR HOMESCHOOLED STUDENTS TO ENTER
  • ZAPISNIK 5 PLENARNE SEJE ŠKOFIJSKEGA URADA ZA DRUŽINO 12022009
  • 4 WARSZAWA DNIA 10 KWIETNIA 2015 R
  • 4 WARSZAWA DNIA 14 KWIETNIA 2015 R
  • SKRIFTLIG FORESPØRGSEL E468508 AF CHRISTEL SCHALDEMOSE (PSE) TIL KOMMISSIONEN
  • 010116 700b301d Bridge Load Rating Calculations and Summary (revised
  • WARSZAWA 21 SIERPNIA 2015 R BARWY GRUPY AZOTY NA
  • VOLLEYBALL CONVERSATION DIALOGUE I FAN TO FAN A THESE
  • OPOCZNO DNIA …………………… 1 …………………………………………………… IMIĘ I NAZWISKONAZWA SPÓŁDZIELNI
  • PRESS RELEASE 14052004 HR4753 ORADORES SUBRAYAN VIOLACIONES A LOS
  • QUÉ BONITA VECINDAD EL CANCILLER DE LA REPÚBLICA DEBIÓ
  • FACT SHEET IMPROVING ACCESS TO MAGNETIC
  • FACT SHEET 79 15TH APRIL 2003 USE
  • EJERCICIOS EN PSEUDOCÓDIGO DE LA CLASE DE INTRODUCCIÓN A
  • THE 80386 MICROPROCESSORS INTRODUCTION THE 80386 MICROPROCESSOR IS